BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa “strom & stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan terealineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.
Tidak hanya di Amerika, remaja di semua negara pasti mengalami hal tersebut khususnya di Indonesia. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Hal ini ditandai oleh perubahan fisik maupun psikis yang akan penulis jelaskan dibawah ini.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis sangat tertarik untuk membuat makalah yang berjudul Perkembangan Masa Puber dan Remaja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa Makna Remaja dan makna pubertas ?
2. Bagaimana Karateristik remaja ?
3. Bagaimanakah Perkembangan karir remaja ?
4. Apasajakah problema yang dihadapi remaja dan cara pencegahannya ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar kita mengetahui makna remaja dan makna pubertas.
2. Agar kita mengetahui karateristik remaja.
3. Agar kita mengetahui perkembangan karir remaja.
4. Agar kita mengetahui problema yang dihadapi remaja dan pencegahannya. .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Remaja dan Pubertas
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.
Menurut Dra. Desmita, M.Si dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Anak memasuki masa pubertas yaitu pada akhir usia sekolah yaitu beumur 10-14 tahun yakni pada awal terjadinya pematangan seksual. Dalam rangkaian proses perkembangan seseorang, masa puber tidak mempunyai tempat yang jelas. Sulit membedakan antara masa puber dengan masa remaja karena masa puber adalah bagian dari masa remaja dan pubertas sering dijadikan sebagai pertanda awal seseorang memasuki masa remaja. Ketika anak mengalami pubertas, berarti dia dianggap sudah memasuki masa remaja, yakni masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Menurut Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd. dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, masa remaja meliputi : Remaja awal (12-15 tahun), remaja madya (15-18 tahun), dan remaja akhir (19-22 tahun). Di dalam buku tersebut dikemukakan juga bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung terhadap orang tua ke arah kemandirian, minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
Pubertas adalah masa ketika sesorang anak mengalami perubahan fisik, psikis dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai ketika berumur depapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang diusia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Pada cewek pubertas ditandai dengan mentruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putrid ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal. Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan Abstrak. Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan cepat. Perubahan mood (swing) yang drastic pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, atau kegiatan sehari-hari di rumah.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramastis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan(self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsive sering dilakukan, sebagian karena mereka tidak sadar dan belum bisa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.
Ketika anak memasuki usia Pubertas, sebenarnya ia telah memiliki kemampuan motorik dasar, baik motorik kasar maupun motorik halus sebagai modal utama dalam mengikuti berbagai aktivitas di sekolah. Pada masa pubertas kekuatan otot anak akan berlipat ganda seiring dengan semakin banyaknya jumlah sel otot baru yang terbentuk. Pada anak laki-laki, sel otot baru yang terbentuk jumlahnya lebih banyak daripada anak perempuan, sehingga tidak heran kalau laki-laki biasanya lebih kuat dibandingkan dengan anak perempuan.
B. Karateristik Perkembangan Remaja
1. Perkembangan Fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa yang pertama terjadi pada masa fase prenatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja terlalu besar, karena terlebih dahulu mencapai kematangan dari pada bagian-bagian yang lain. Hal ini terutama tampak jelas pada hidung, kaki, dan tangan.
Menurut Dra. Desmita, M.Si dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan Peserta Didik, secara umum perubahan-perubahan fisik dalam masa pubertas di sebabkan oleh matangnya kelenjar pituitary (piyuitary gland), yakni kelenjar endoktrin yang bebhubungan dengan otak, tepat dibawah hipotalamus. Kelenjar ini mengeluarkan beberapa hormone, yaitu hormone pertumbuhan, hormone gonadotropik (hormone yang merangsang kegiatan di dalam gonad), dan hormone kortikotropik (hormone yang mengatur fungsi-fungsi kulit adrenal).
Pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya.
Menurut Dr. H. Syamsu Yusuf, M.Pd, dalam bukunya Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri, yaitu cirri-ciri seks primer dan cirri-ciri seks sekunder. Uraian lebih lanjut sebagai berikut :
a. Ciri-ciri Seks Primer
Pada masa remaja pria ditandai dengan sangat cepatnya pertumbuhan testis, yaitu pada tahun pertama dan kedua. Kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20 atau 21 tahun. Matangnya organ-organ seks tersebut, memungkinkan remaja pria (sekitar usia 14-15 tahun) mengalami “mimpi basah”.
Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seks ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium (indung telur) secara cepat. Pada masa inilah (sejitar usia 11-15 tahun), untuk pertama kalinya remaja mengalami menarche (mentruasi pertama).
b. Ciri-ciri Seks Sekunder
Ciri-ciri atau karateristik seks sekunder pada masa remaja, baik pria maupun wanita adalah sebagai berikut :
Wanita
|
Pria
|
1. Tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak
2. Bertambah besar buah dada
3. Bertambah besarnya pinggul
|
1. Tumbuh rambut pubik atau bulu kapok di sekitar kemaluan dan ketiak
2. Terjadi Perubahan suara
3. Tumbuh kumis
4. Tumbuh gondok laki (jakun)
|
2. Perkembangan Kognitif (Intelektual)
Ditinjau dari perkembangan kognitif menurut piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal. Remaja, secara mental telah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berpikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak, serta sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berpikir kongkret.
Sementara proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaannya dari mulai usia 12-20 tahun. Pada usia 16 tahun, berat otak sudah menyamai orang dewasa. Sistem syaraf yang memproses informasi berkembang secara cepat pada usia ini. Pada masa remaja terjadi reorganisasi lingkaran syaraf Lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu kemempuan merumuskan perencanaan strategis, atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini terus berkembang sampai usia 20 tahun atau lebih.
Secara umum karateristik pemikiran remaja pada tahap operasional formal ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
3. Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitive dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negative dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung); sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Dalam menghadapi ketidaknyamanan emosional tersebut, tidak sedikit remaja yang mereaksinya secara depensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan dirinya. Reaksi itu tampil dalam tingkah laku malasuai seperti 1) Agresif ; melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi dan senang menganggu; dan 2) melarikan diri dari kenyataan; melamun, pendiam, senang menyendiri, dan meminum minuman keras atau obat-obat terlarang.
4. Perkembangan Sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahaman ini, mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih dekat dengan mereka (terutama teman sebaya) yang memiliki kualitas psikologis yang yang relatif sama dengan dirinya.
Pada masa ini juga berkembang sifat “conformity”, yaitu kecendrungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya) yang dapat memberikan dampak positif maupun negative.
Remaja harus memiliki penyesuaian sosial (social adjustment) yang tepat yakni sebagai “kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi”. Remaja dituntut untuk memiliki kemempuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
5. Perkembangan Moral
Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan.
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja berprilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan atau penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya).
Dikaitkan denga perkembangan moral dari Lawrence Kohlberg, menurut Kusdwirarti Setiono pada umumnya remaja berada pada tingkatan konvensional, atau berada pada tahap ketiga (berprilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok), dan keempat (loyalitas terhadap norma atau peraturan yang berlaku dan diyakininya).
Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya yang beragam juga, salah satu faktor penentu atau yang mempengaruhi perkembangan moral remaja itu adalah orangtua.
6. Perkembangan Kepribadian
Kepribadian merupakan sistem dinamis dari sifat, sikap dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif, dan nilai-nilai.
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja, meliputi (1) perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa; (2) kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru; (3) kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi kembali tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita; (4) kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual, berteman dengan pria ataupun wanita; dan (5) munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak dan masa dewasa.
Masa remaja merupakan saat berkembangnya identity (jati diri).Sejak masa anak sudah berkembang kesadaran akan diri dan masa remaja merupakan saat pertama berkembang usahanya yang sadar untuk menjawab pertanyaan “who am I?” (siapa saya?).
Perkembangan identitas remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : Iklim keluarga (interaksi sosial antar anggota keluarga), Tokoh idola (figure yang mempunyai posisi di masyarakat), dan peluang pengembangan diri (kesempatan untuk melihat kedepan dan menguji dirinya sendiri).
Masa remaja akhir sudah bisa memahami dan mengarahkan diri untuk mengembangkan dan memelihara identitas dirinya. Remaja dipandang telah memiliki identity yang matang (sehat), apabila sudah memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, peran-perannya dalam kehidupan sosial (di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat), dunia kerja, dan nilai-nilai agama.
7. Perkembangan Kesadaran Beragama
Kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinkan untuk dapat mentransformasikan keyakinan beragamanya. Dia dapat mengapresiasi kualitas keabstrakan Tuhan sebagai yanh Maha Adil, Maha kasih Sayang. Berkembangnya kesadaran atau keyakinan beragama, seiring dengan mulainya remaja menanyakan atau mempermasalahkan sumber-sumber otoritas dalam kehidupan, seperti pertanyaan “Apakah Tuhan Maha Kuasa ?”
Untuk memperoleh kejelasan tentang kesadaran beragama remaja ini, dapat disimak uraian berikut :
a. Masa remaja Awal (sekitar usia 13-16 tahun)
Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, sehingga memungkinkan terjadinya kegoncangan emosi, kecemasan dan kekhawatiran. Bahkan, kepercayaan agama yang telah tumbuh pada umur sebelumnya, mungkin pula mengalami kegoncangan. Kepercayaan kepada Tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadang-kadang menjdi berkurang yang terlihat pada cara ibadahnya yang kadang-kadang rajin dan kadang-kadang malas. Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptic (was-was) sehingga muncul keengganan dan kemalasan untuk melakukan berbagai kegiatan ritual (seperti ibadah shalat) yang selama ini dilakukannya dengan penuh kepatuhan.
b. Masa Remaja Akhir (17-21 tahun)
Secara psikologis, masa ini merupakan permulaan masa dewasa, emosinya mulai stabil dan pemikirannya mulai matang (kritis). Dalam kehidupan beragama, remaja sudah mulai melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiatan keagamaan. Remaja sudah dapat membedakan agama sebagai ajaran dengan manusia sebagai penganutnya diantaranya ada yang shalih dan ada yang tidak shalih. Pengertian ini memungkinkan dia untuk tidak terpengaruh oleh orang-orang yang mengaku beragama, namun tidak melaksanakan ajaran agama atau perilakunya bertentangan dengan nilai agama.
C. Perkembangan Karir Remaja
Menurut Dra. Enung Fatimah, MM, dalam bukunya Psikologi Perkembangan, Perkembangan Karir remaja menurut Ginzberg berada pada periode pilihan tentative (11-17 tahun) ditandai oleh meluasnya pengenalan anak terhadap berbagai masalah dalam memutuskan pekerjaan apa yang akan dikerjakan dimasa mendatang. Periode tentative ini meliputi empat tahapan yaitu :
1. Tahap Minat (umur 11-12 tahun)
Remaja mulai mempunyai rencana dan kemungkinan pilihan karir yang didasarkan pada minat.
2. Tahap Kapasitas (umur 12-14 tahun)
Remaja mulai menggunakan keterampilan dan kemampuan pribadinya sebagai pertimbangan dalam melakukan pilihan dan rencana-rencana karir.
3. Tahap Nilai (umur 15-16 tahun)
Dalam tahap ini, remaja telah menganggap penting peranan niali-nilai pribadi dalam proses pilihan karir. Ia mulai melihat apa yang sesungguhnya penting bagi dirinya, tahu perbedaan konsepsi tentang berbagai gaya hidup yang disiapkan oleh pekerjaan, kesadaraan tentang pentingnya waktu mulai berkembang dan menjadi lebih sensitif terhadap perlunya pekerjaan.
4. Tahap Transisi (17-18 tahun)
Dalam tahap tansisi ini, remaja mulai bergerak dari pertimbangan-pertimbangan realistis yang masih berada di pinggir kesadaran ke posisi yang lebih sentral. Pada tahp ini ia mulai mengahdapi perlunya membuat keputusan sendan segera, konkret dan realistis.
D. Problema Remaja dan Cara Pencegahannya
Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, remaja memerlukan bimbingan karena mereka msih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya atau lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.di samping terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu berlangsung mulus atau steril dari masalah.
Faktor penghambat ini bisa bersifat internal dan eksternal. Faktor penghambat yang bersifat eksternal adalah yang berasal dari lingkungan. Iklim lingkungan yang tidak kondusif itu cenderung memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan remaja dan sangat mungkin mereka akan mengalami kehidupan yang tidak nyaman, stress atau depresi. Dalam kondisi seperti inilah, banyak remaja yang meresponnya dengan sikap dan perilaku yang kurang wajar dan bahkan amoral, seperti kriminalitas, meminum minuman keras, penyalahgunaan obat terlarang, tawuran dan pergaulan bebas.
Berikut akan dijelaskan tentang perilaku menyimpang yang terjadi di Amerika pada tahun 1995 :
1. Berdasarkan estimasi dari National Center for Education Statistic menunjukkan bahwa 92 % para siswa SLTA telah kecanduan alcohol.
2. Pada tahun 1992 ditemukan bahwa 3 % dari semua penderita AIDS adalah berusia di bawah 21 tahun yang penyebabnya adalah hubungan seksual di luar nikah.
3. Peristiwa bunuh diri di kalangan remaja berusia 15-24 tahun semakin meningkat.
Penyimpangan perilaku remaja di negara-negara barat, tampaknya telah menggejala juga di kalangan remaja di negeri tercinta kita yang kondisinya semakin memprihatinkan. Untuk mencegah semakin merebaknya penggunaaan NAZA oleh remaja atau penyimpangan perilaku lainnya (seperti free sex, tawuran, dan kriminalitas), maka perlu diadakan upaya-upaya pencegahan (preventif), seperti :
1. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya remaja tentang bahayanya NAZA yang dikaitkan hukumnya menurut agama.
2. Pemerintah memberantas peredaran NAZA, menghukum para pengedar dengan hukuman yang seberat-beratnya.
3. Ditingkatkan bimbingan agama baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat, dan
4. Pemerintah bekerja sama denga pihak-pihak terkait untuk menciptakan iklim kehidupan yang kondusif bagi kenyamanan sosio-psikologis dan kehidupan beragama masyarakat, dan berupaya mencegah lahirnya faktor-faktor yang menyebabkan perilaku penyimpangan remaja.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Istilah Pubertas berasal dari bahasa Latin “pubescere”, artinya mendapat rambut kemaluan. Dalam rangkaian proses perkembangan seseorang, masa puber tidak mempunyai tempat yang jelas. Sulit membedakan antara masa puber dengan masa remaja karena masa puber adalah bagian dari masa remaja dan pubertas sering dijadikan sebagai pertanda awal seseorang memasuki masa remaja. Ketika anak mengalami pubertas, berarti dia dianggap sudah memasuki masa remaja, yakni masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
Masa remaja juga merupakan masa nya anak dalam masa transisi dari anak menuju dewasa. Pada masa ini remaja sering melakukan penyimpangan. Hal itu banyak disebabkan karena pada masa itu remaja masih dalam tahap mencari jati diri.
B. Saran
Berdasarkan Uraian latar belakang dan pembahasan diatas, maka dari itu, penulis menyarankan kepada :
1. Pihak Pemerintah seharusnya memperketat izin tayangan televisi terhadap stasiun televise agar benar-benar tayangan di televise bersifat mendidik.
2. Para Pembaca, Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, walaupun masih banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan dan kesempurnaan penyusunan makalah yang selanjutnya. Atas saran dan kritiknya yang membangun, penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, 2009, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Fatimah, Enung, 2006, Psikologi Perkembangan, Bandung: Pustaka setia
Yusuf, Syamsu, 2004, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nasrori, Fuad, Suara Pembaharuan, 7 Maret 1997
0 komentar:
Your comment / Remaja dan Pubertas (Psikologi Perkembangan)
Komentar Anda Sangat Bermanfaat Bagi Khazanah Ilmu Pengetahuan