Definisi Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan, Pengertian Psikologi Dalam Perspektif Pendidikan – Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
manusia belajar dalam pendidikan, pengaturan, efektivitas intervensi
pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai
organisasi. Pengertian Psikologi Pendidikan Secara etimologis, psikologi
berasal dari kata “psyche” yang berartijiwa atau nafas hidup, dan “logos” atau
ilmu. Dilihat dari arti kata tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa
atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Psikologi pendidikan berkaitan dengan
bagaimana siswa belajar dan berkembang.
Pengertian Psikologi Pendidikan Menurut para
Ahli:
1. Arthur
S. Reber (Syah, 1997 / hal. 12) Definisi Psikologi
pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori
dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
a.
Penerapan prinsip-prinsip
belajar dalam kelas
b.
Pengembangan dan pembaharuan
kurikulum
c.
Ujian dan evaluasi bakat
dan kemampuan
d.
Sosialisasi proses-proses
dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
e.
Penyenggaraan pendidikan
keguruan
2. Menurut
Muhibbin Syah, Definisi psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi
yang terjadi dalam dunia pendidikan.
3. Barlow
(Syah, 1997 / hal. 12) Definisi Psikologi pendidikan adalah .….. a body of knowledge
grounded in psychological research which provides a repertoire of resource to
aid you in functioning more effectively in teaching learning process.
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.
4. Tardif
(Syah, 1997 / hal. 13) Definisi Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi
yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk
usaha-usaha kependidikan.
5. Witherington
(Buchori dalam Syah, 1997 / hal. 13) Psikologi pendidikan sebagai “ A
systematic study of process and factors involved in the education of human
being.
Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Psikologi pendidikan adalah studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
6. Menurut
Ensiklopedia Amerika, psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih
berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan-penemuan dan
menerapkan prisip-prinsip dan cara untuk meningkatkan keefesien dalam
pendidikan.
Psikologi
pendidikan juga merupakan sub disiplin ilmu psikologi. Psikologi pendidikan
dideskripsikan oleh E. L. Thorndike pada tahun 1903 sebagai “”middlemen
mediating between the science of psychology and the art of teaching”.
Dalam banyak studi, secara singkat, psikologi pendidikan merupakan suatu
disiplin ilmu yang mengaplikasikan ilmu psikologi dalam dunia belajar dan guru.
Selain dari pada itu
pemahaman Psikologi Pendidikan juga merupakan gabungan dari dua bidang studi
yang berbeda.
- Pertama adalah psikologi yang mempelajari segala sesuatu tentang pikiran dan perilaku manusia serta hubungannya dengan manusia. Tentu saja tidak hanya mempelajari manusia dalam kesendiriannya, melainkan juga mempelajari manusia dalam hubungannya dengan manusia lain.
- Kedua adalah pendidikan itu sendiri atau lebih khusus adalah sekolah. Jadi, sebagai sebuah subdisiplin ilmu sendiri dalam psikologi, psikologi pendidikan memfokuskan diri pada pemahaman proses pengajaran dan belajar yang mengambil tempat dalam lingkungan formal.
Psikologi pendidikan
berminat pada teori belajar, metode pengajaran, motivasi, kognitif, emosional,
dan perkembangan moral serta hubungan orangtua anak. Selain itu psikologi pendidikan
juga mendalami sub-populasi yaitu anak-anak gifted dan yang dengan kebutuhan
khusus. Ahli lain menambahkan bahwa psikologi pendidikan berguna dalam
penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, pengembangan dan pembaruan
kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi proses dan
interaksi proses itu dengan pendayagunaan kognitif dan penyelenggaraan
pendidikan keguruan. Karena berkecimpung di ranah sekolah, istilah psikologi
pendidikan dan psikologi sekolah sering dipertukarkan.
Teoris dan peneliti lebih
diidentifikasi sebagai psikolog pendidikan, sementara praktisi di
sekolah lebih diidentifikasi sebagai psikolog sekolah. Psikologi pendidikan
mengambil masalah-masalah yang dialami oleh orang muda dalam pendidikan yang
mencakup masalah kesulitan belajar atau masalah emosi dan sosial. Mereka
mengambil tugas untuk membantu proses belajar anak dan memampukan guru menjadi
lebih sadar akan faktor-faktor social yang berkatinan dengan pengajaran dan
belajar. Psikolog pendidikan biasa bekerja di lingkungan sekolah, perguruan
tinggi dan di lingkungan pendidikan anak, terutama bekerja dengan guru dan
orang tua. Mereka dapat bekerja secara langsung dengan anak (misal memeriksa
perkembangan, memberikan konseling) dan secara tidak langsung (dengan orang
tua, guru dan profesional lainnya).
Karena harus bekerja dengan
manusia, psikolog pendidikan haruslah familier dengan pendekatan-pendekatan
tradisional tentang studi perilaku, humanistik, kognitif dan psikoanalis.
Mereka juga harus sadar dengan teori dan riset yang muncul dari ranah
tradisional psikologi seperti perkembangan (Piaget, Erikson, Kohlberg, Freud),
bahasa (Vygotsky dan Chomsky), motivasi (Hull, Lewin, Maslow, McClelland),
testing (intelegensi dan kepribadian) dan interpretasi tesnya.
Psikolog pendidikan juga
harus mengikuti perkembangan mendadak dari area menejemen kelas dan desain
instruksional, pengukuran dan penggunaan gaya dan strategi belajar, penelitian
dalam metakognitif, peningkatan aplikasi pendidikan jarak jauh, dan perluasan
dari pengembangan dan aplikasi teknologi untuk tujuan instruksional. Karena
akan bekerja dengan pendidikan, seorang yang mempelajari materi ini perlu
memperhatikan hal-hal berikut.
- Proses perkembangan siswa – proses ini tentu saja harus disadari oleh individu yang bekerja dalam pendidikan. Perkembangan siswa – terlebih dalam ranah cipta – dengan segala variasi dan keunikannya merupakan modal siswa untuk belajar, apapun halnya.
- Cara belajar siswa – dalam hal ini berkaitan pula dengan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam belajar.
- Cara menghubungkan belajar dan mengajar
- Pengambilan keputusan untuk pengelolaan proses belajar mengajar.
Metode yang digunakan dalam
psikologi pendidikan adalah
1. Metode
eksperimen
Dalam psikologi pendidikan,
metode ini digunakan untuk menguji keabsahan dan kecermatan kesimpulan yang
ditarik dari penelitian dengan menggunakan metode yang lain.
2. Metode kuisioner
3. Metode studi kasus
Digunakan
untuk memperoleh gambaran rinci tentang aspek-aspek psikologi siswa
atau sekelompok siswa. Studi ini biasanya diikuti oleh studi lain yang berskala
lebih besar untuk mencapai generalisasi hasil tes. Mengapa demikian?
Kesimpulan hasil studi kasus dihasilkan dari penelitian terhadap sejumlah kecil
subjek yang tentu saja akan sulit untuk dijadikan sampel dari sebuah populasi
yang besar. Lazimnya, fenomena yang diselidiki dengan metode ini diikuti
terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Bahkan, tak jarang diperlukan waktu
bertahun-tahun untuk menghimpun data.
4. Metode penyelidikan
klinis
Hanya
digunakan oleh ahli psikologi klinis atau psikiater pada mulanya. Namun,
seiring dengan perkembangan jaman, dimulai oleh Jean Piaget, metode ini
digunakan dalam ranah pendidikan. Sasaran utama penggunaan metode ini adalah
untuk memastikan sebab-sebab kemunculan ketidaknormalan perilaku siswa.
Ruang
Lingkup Kajian Psikologi Pendidikan
Pada uraian tentang pengertian psikologi pendidika telah tersirat pembahasan tentang ruang lingkup atau lapangan psikologi pendidikan, namun untuk mengkaji secara spesifik dan secara rinci tentang ruang lingku kajian psikologi pendidikan, maka perlu dilakuka pembahasan secara tersendiri dalam suatu topik khusus Soerjabrata (1974:6-13) mengemukakan ruang lingkup bidang kajian psikologi pendidikan dilihat dari segi situas dan proses pendidikan dengan anak didik sebagai pusatnya yaitu kajian psikologi tentang siswa dalam situasi pendidikan dalam peninjauan statis dan dinamis serta kajia hal-hal lain yang erat kaitannya dengan situasi dan prose pendidikan di kelas
Dalam peninjauan secara statis, kajian psikolog tentang siswa dalam situasi pendidikan mencakup kajia tentang gejala-gejala jiwa atau aktivitas dan tingkah laku yang umum yang terdapat pada manusia umumnya, yaitu perhatian, pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, berfikir sikap, minat, motivasi, inteligensi, dan sebagainya dan kajian tentang perbedaan-perbedaan individual antar individu-siswa yang mencakup perbedaan dari segi kepribadian, inteligensi, bakat, minat, dan sebagainya. "Sedangkan dalam peninjauan secara dinamis, yaitu mencakup kajian psikologi tentang individu siswa dalam proses pendidikan, yakni perubahan tingkah laku dan cara¬ cara penilaiannya di dalam pendidikan yang mencakup: (1) perubahan perilaku karena pertumbuhan dan perkembangan; atau karena peserta didik mengalami proses pematangan dan pendewasaan, (2) perubahan perilaku karena belajar yang merupakan faktor terpenting dalam proses pendidikan dan pembelajaran, (3) cara-cara mengukur atau mengevaluasi pencapaian karena perubahan-perubahan tersebut, khususnya karena belajar (La Sulo, 1990:16).
Selain itu, ruang lingkup kajian psikologi pendidikan juga mencakup kajian-kajian tentang hal-hal lain yang erat kaitannya dengan situasi dan proses pendidikan, yaitu kajian p aentang bimbingan dan konseling, kajian psikologis terhadap individu yang mengalami penyimpangan psikis (jiwa), sosial, dan fisik, kajian tentang implikasi dari prinsip pendidikan 3 seumur hidup yang menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada sistem persekolahan tetapi pendidikan dapat dilakukan di luar sistem persekolahan, misalnya pendidikan untuk orang dewasa, dan kajian psikologis tentang bahan pengajaran yang seharusnya dipilih dan diorganisasikan sedemikian rupa agar dapat diserap oleh peserta didik. Interaksi psikologis dalam proses belajar mengajar antara peserta didik dengan guru sebagai pendidik dan pengajar di kelas, juga menjadi objek kajian dari psikologi pendidikan. Dengan kata lain, ruang lingkup ajian dari psikologi pendidikan ialah mencakup semua penerapan prinsip-prinsip psikologis dalam proses pendidikan dan pembelajaran peserta didik di kelas di berbagai institusi pendidikan, baik di lembaga pendidikan formal (di lingkungan sekolah), non formal (di lingkungan masyarakat), dan informal (di lingkungan keluarga).
Dalam membahas tentang ruang lingkup dari psikologi pendidikan, juga dibahas tentang pusat perhatian dari psikologi pendidikan sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian integral dari psikologi umum. Suardiman (1988:6) mengemukakan bahwa ada tiga elemen yang menjadi pusat perhatian dalam pendidikan yang juga menjadi pusat perhatian oleh para ahli psikologi pendidikan dan para guru, yaitu anak didik, proses belajar, dan sekilas" belajar. Ketiga elemen ini saling berkaitan selalu sama lain.
Peserta didik merupakan elemen yang terpentin diantara elemen yang lain (termasuk elemen situasi belaja dan elemen proses belajar). Ini bukan berarti bahwa faktor manusia (peserta didik) lebih penting dari faktor prose belajar dan situasi belajar, tetapi yang jelas tanpa hadirny faktor peserta didik tidak mungkin akan terjadi peristiwa belajar atau interaksi belajar mengajar dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal. Tanpa kehadiran peserta didik di kelas di suatu lembaga pendidikan tidak mungkin akan ada proses pembelajaran karena peserta didik merupakan objek dari proses pendidikan dan pembelajaran di kelas. Peserta didik diibaratkan seperti pembeli dalam suatu proses penjualan pasar yang akan membeli (menerima) ilmu pengetahua dari guru sebagai transformator pengetahuan (penjual kepada peserta didik yang berperan sebagai manusia yang belum dewasa untuk didewasakan.
Proses pembelajaran sebagai elemen yang menjadi pusat perhatian dari psikologi pendidikan, merupakan elemen penentu keberhasilan proses pendidikan. Tanpa ada interaksi yang timbal balik antara guru sebagai pendidik, dan pengajar dengan peserta didik sebagai objek yang dididik dan diajar tidak mungkin akan terjadi proses ; pembelajaran di kelas atau di tempat belajar tertentu. Melalui proses pembelajaran yang interaktif antara guru dan peserta didik akan terjadi perubahan perilaku kepada peserta didik yang ditandai dengan gejala peserta didik menjadi tahu terhadap materi pelajaran yang dipelajarinya dari tidak tahu pada waktu sebelum mempelajari materi pelajaran tertentu.
Gejala lain dari terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik, yaitu peserta didik memperoleh keterampilan tertentu seperti keterampilan dalam berbicara, berdiskusi, bergaul dan berteman, dan keterampilan lain yang membutuhkan aktivitas sensorik dan motorik dan perubahan dari aspek sikap (afektif), yaitu dari bersikap kurang baik atau kurang positif terhadap guru, orangtua, masyarakat, dan pihak terkait lainnya menjadi bersikap positif terhadap pihak-pihak tersebut sebagai buah atau hasil dari proses pendidikan yang berkualitas. Perubahan dari segi perilaku yang lain berupa perilaku peserta didik dari tidak disiplin dalam hidup menjadi disiplin (termasuk disiplin dalam melakukan aktivitas belajar), dari penampilan dalam berpakaian tidak rapi menjadi rapi dan bersih, dari beperilaku kurang santun menjadi sopan dan santun, dan berbagai aspek pengetahuan (kognitif), afektif (sikap), dan keterampilan (psikomotorik) sebagai buah dari hasil proses pendidikan dan pembelajaran di setting (tempat) belajar.
Slameto (1988:68) menyatakan bahwa agar proses pembelajaran di kelas dapat maksimal dan optimal, maka hubungan antara guru dengan peserta didik dan hubungan peserta didik dengan sesama peserta didik yang lain harus timbal balik dan komunikatif satu sama lainnya. Proses pembelajaran hanya dapat terjadi jika antara guru dengan siswa terjadi komunikasi dan interaksi timbal balik yang edukatif. Jadi proses pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh hubungan yang ada dalam proses pembelajaran itu sendiri. Jadi cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh relasi siswa dengan gurunya.
Hubungan
guru dengan siswa sebagai peserta didik yang tercipta dengan baik, maka siswa
akan senang kepada gurunya dan juga akan menyukai materi pelajaran yang
diajarkan oleh gurunya sehingga siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan
baik. Sebaliknya, jika hubung guru dengan siswa kurang komunikatif dan
harmonis, siswa akan membenci atau tidak senang kepada gurun dan menyebabkan
siswa tidak senang menerima pelajar dari guru tersebut, akibatnya siswa tidak
sukses bela dalam mata pelajaran tersebut.
Guru
yang kurang komunikatif dan edukatif dalam berinteraksi dengan siswanya, akan
menyebabkan proses pembelajaran di kelas berjalan tidak optimal dan maksim
Selain itu, siswa akan menjauhkan diri dari guru sehing siswa tersebut tidak
dapat aktif dalam mengikuti pro; belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu,
para calon guru dan para guru yang telah mengajar harus menguasai pengetahuan
tentang didaktik dan metodik pembelajara, misalnya menguasai dan menerapkan
pengetahuan tentang dinamika kegiatan dalam strategi belajar mengajar, interal
dan motivasi belajar mengajar, dan berbagai pendekat, dalam proses belajar
mengajar.
Situasi belajar juga merupakan elemen penting yang berkontribusi positif terhadap terciptanya proses pembelajaran. Situasi belajar menunjuk kepada lingkung dimana proses belajar itu terjadi. ruang kelas, ruang perpustakaan, dan ruang laboratorium merupakan lingkung belajar yang sangat mempengaruhi situasi belajar di tempat belajar tersebut. Kondisi lingkungan di ruang kelas, di ruang perpustakaan, dan di ruang laboratorium sangat mempengaruhi kesuksesan belajar bagi peserta didik dan kesuksesan mengajar bagi guru. Ruang kelas, perpustakaan, dan ruang laboratorium yang memiliki fasilitas belajar yang memadai, kondisinya tenang, sirkulasi udara yang lancar, dan cukup luas untuk menampung jumlah siswa yang ideal, la merupakan situasi belajar menyenangkan yang dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar peserta dalam belajar dan minat dan motivasi mengajar bagi guru.
Situasi belajar juga merupakan elemen penting yang berkontribusi positif terhadap terciptanya proses pembelajaran. Situasi belajar menunjuk kepada lingkung dimana proses belajar itu terjadi. ruang kelas, ruang perpustakaan, dan ruang laboratorium merupakan lingkung belajar yang sangat mempengaruhi situasi belajar di tempat belajar tersebut. Kondisi lingkungan di ruang kelas, di ruang perpustakaan, dan di ruang laboratorium sangat mempengaruhi kesuksesan belajar bagi peserta didik dan kesuksesan mengajar bagi guru. Ruang kelas, perpustakaan, dan ruang laboratorium yang memiliki fasilitas belajar yang memadai, kondisinya tenang, sirkulasi udara yang lancar, dan cukup luas untuk menampung jumlah siswa yang ideal, la merupakan situasi belajar menyenangkan yang dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar peserta dalam belajar dan minat dan motivasi mengajar bagi guru.
Situasi belajar menunjuk kepada suatu faktor atau kondisi yang mempengaruhi siswa atau proses belajar. Guru merupakan satu faktor dalam situasi belajar di samping situasi udara, penerangan, komposi tempat duduk, dan sebagainya (Suardiman, 1988:7). Sikap guru, semangat kelas, sikap masyarakat, dan suasana perasaan di sekolah juga merupakan faktor yang mempengaruhi situasi belajar di tempat belajar yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Untuk
dapat menjadi guru yang profesional dalam mendidik dan mengajar peserta didik
melalui proses ruang pembelajaran di kelas, maka selain harus memperhatikan
ketiga elemen pokok yang menjadi pusat perhatian dari psikologi pendidikan
tersebut di atas, juga harus memperhatikan dan menguasai pengetahuan tentang
didaktik metodik pengajaran dan hall lain yang terkait dengan masalah peserta
didik. Pengetahuan didaktik metodik pengajaran dan hal lain yang terkait dengan
masalah peserta didik, misalnya pengetahuan tentang gejala aktivitas umum jiwa
peserta didik, kepribadian, inteligensi, dan bakat peserta didik, perkembangan
anak dan perkembangan remaja sebagai subjek didik, belajar dan permasalahannya,
teori¬teori belajar, interaksi belajar mengajar di kelas dan permasalahannya,
keterkaitan perilaku guru terhadap dinamika kelas, pembinaan disiplin di dalam
kelas, motivasi belajar dan permasalahannya, strategi belajar mengajar
manajemen kelas untuk interaksi belajar mengajar, dan masalah-masalah khusus
dalam pendidikan dan pengajaran.
0 komentar:
Your comment / Definisi dan Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan
Komentar Anda Sangat Bermanfaat Bagi Khazanah Ilmu Pengetahuan