PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM
A. PENDIDIKAN
1. Pengertian
Pendidikan merupakan kata yang sudah umum. Oleh karena itu, boleh dikatakan
semua orang mengenal apa yang disebut pendidikan, mulai dari orang awam sampai
orang yang berpendidikan tinggi. Begitu juga orang yang tinggal di desa dan di
kota, semuanya mengenal kata pendidikan walaupun dalam pengertian yang berbeda,
mulai dari pengertian yang sempit sampai pengertian yang sangat luas. Orang
awam umpamanya, mempersepsikan bahwa pendidikan itu identik dengan sekolah,
memberikan pelajaran, melatih anak, dan sebagainya. Di samping itu, ada yang
berpendapat bahwa pendidikan itu mencakup aspek yang sangat luas, termasuk
semua pengalaman yang diperoleh anak dalam pembentukan dan pematangan
pribadinya, baik yang dilakukan oleh orang lain maupun oleh dirinya
sendiri.
Pendidikan sebagai suatu bahasan ilmiah sangat sulit untuk didefinisikan.
Muhammad al-Naquib al-Attas mengatakan bahwa konferensi internasional pertama
tentang pendidikan muslim (1977) ternyata belum berhasil menyusun suatu
definisi pendidikan yang dapat disepakati oleh para ahli pendidikan secara
bulat. Sebelum membicarakan pengertian yang diberikan para ahli tersebut, ada
baiknya ditinjau terlebih dahulu pengertiannya secara bahasa.
Dalam bahasa Indonesia kata pendidikan merupakan kata jadian yang
berasal kata didik yang diberi awalan pe dan akhiran an
yang berarti proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok dalam
usaha mendewasakan manusia.
Dalam Ensiklopedi Indonesia dinyatakan bahwa pendidikan adalah
proses membimbing manusia dari kebodohan menuju ke kecerahan pengetahuan. Lebih
lanjut dikatakan bahwa proses tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu dresure atau paksaan, latihan untuk membentuk kebiasaan, dan
pendidikan untuk membentuk kata hati.
Dari pengertian lugawi di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan
merupakan proses mengubah keadaan anak didik dengan berbagai cara untuk
mempersiapkan masa depan yang baik baginya. Dalam bahasa Arab paling tidak ada
tiga kata yang dipakai untuk menunjuk kepada konotasi pendidikan yaitu yang
merupakan akar kata dari kata kata dasar dari, dan yang merupakan
akar kata dari Kata berarti
memberikan pelajaran, pegetahuan, dan sebagainya. Dalam Islam, kata ini tidak
asing lagi karena sudah sering digunakan sejak masa Nabi Muhammad saw. sampai
sekarang. Di dalam Al-Qur'an kata dalam
berbagai bentuk perubahannya ditemukan sekitar 36 buah yang tersebar dalam
beberapa surat, seperti yang termaktub dalam Surat Al-'Alaq ayat 3:
(Dia telah mengajar manusia apa yang belum
diketahuinya), Surat Al-Baqarah ayat 31: (Dan Allah telah
mengajar Adam nama-nama benda semuanya), Surat
An-Naml ayat 16: (Sulaiman berkata: Hai manusia!
telah diajarkan kepada kami pengertian bunyi
burung).
Kalau kita
perhatikan kata yang
terdapat dalam Al-Qur'an tersebut lebih mengacu kepada konotasi pemberian
pengetahuan, kecerdasan, keterampilan dan sebagainya, seperti yang terlihat
pada ayat-ayat yang telah dinukilkan di atas.
Sementara
itu, kata
berarti mendidik, tetapi di dalam bahasa Arab, kata ini
lebih ditujukan kepada pembinaan akhlak dan budi pekerti. Kata ini kita jumpai
dalam hadis Nabi, antara lain berbunyi: (...Ibunya (ibnu Abi
'Atiq) telah mendidiknya dan kamu (al-Qasim)
telah dididik oleh ibumu ...) (Aku (Muhammad
saw.) telah dididik oleh Tuhanku, lalu
Dia mendidikku dengan didikan yang terbaik.)
Istilah tarbiyah
yang berasal dari bahasa Arab
mempunyai konotasi yang lebih luas dalam bahasa Indonesia karena mencakup
mendidik, mengajar, mengasuh, dan sebagainya. Dalam bentuk kata kerja kata ini
dapat dijumpai di dalam Al-Qur 'an, seperti pada Surat Asy-Syu'ara' ayat 18 dan
Al-lsra' ayat 24.
Artinya:
Berkata (Firaun):
Bukankah kami telah mengasuh (mendidikmu)dalam
keluarga kami semenjak kamu kecil dan
menghabiskan beberapa tahun dari umurmu? (QS
Asy-Syu'ara': 18)
Artinya:
... ya Tuhan kasihanilah keduanya
(orang tua) sebagaimana keduanya telah mendidikku
semenjak aku kecil. (QS Al-lsra': 24)
Dari ketiga kata bahasa Arab tersebut kita melihat
bahwa kata tarbiyah mempunyai pengertian yang lebih luas dan lebih cocok
dipakai untuk kata pendidikan dibandingkan dengan kata ta’dib dan
ta'lim. Kata ta'lim lebih dititikberatkan kepada pengajaran
karena lebih terfokus kepada pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan
sebagaimana ayat yang telah kita kutip di atas, sedangkan pendidikan lebih luas
dari sekadar pengajaran. Sementara itu, kata ta'dib lebih banyak mengacu
kepada pendidikan akhlak dan budi pekerti sebagaimana yang dianut oleh para
ahli pendidikan, seperti Prof. Zakiah Daradjat dan Abdur-Rahman an-Nahlawi.
Meskipun demikian, Muhammad Naquib al-Attas yang mengatakan bahwa kata ta'dib
lebih cocok dipakai untuk kata pendidikan karena kata ta'dib
mencakup wawasan ilmu dan amal yang merupakan esensi pendidikan Islam. Lain
lagi dengan Abdul Fattah Jalal yang menyatakan bahwa kata ta'lim lebih
luas daripada kedua kata lainnya. Alasannya adalah firman Allah pada ayat 151
dari Surat Al-Baqarah yang berbunyi:
Artinya:
Sebagaimana Kami
telah mengirim Rasul dari jenis kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan
mensucikan kamu dan mengajarkan kitab dan hikmah
serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.
(QS Al-Baqarah: 151)
Menurut Jalal, kata al-hikmah mencakup
pengertian kesungguhan di dalam ilmu atau amal, bahkan di dalam keduanya.
Firman Allah yang menyatakan bahwa orang yang telah diberi hikmah berarti telah
diberi kebaikan yang banyak, seperti tercantum dalam Surat Al-Baqarah ayat 269.
Di samping itu, kata rabba hanya disebut dua kali dalam Al-Qur'an. Jadi,
tidak seperti 'allama yang banyak terdapat di dalam Al-Qur'an.
Dari beberapa pendapat tersebut agaknya pendapat
pertama, yakni tarbiyah, lebih dekat kepada pengertian kata pendidikan
dalam bahasa Indonesia karena terasa lebih luas cakupannya, bukan sekadar
memberikan ilmu pengetahuan dan membina akhlak, melainkan mencakup segala aspek
pembinaan kepribadian anak didik secara utuh. Dalam hal ini, ta'lim dan ta'dib
merupakan bagian dari tarbiyah.
Batasan atau definisi 'pendidikan' secara terminologis
telah banyak dikemukakan oleh para ahli, baik ahli pendidikan muslim maupun
nonmuslim.
Abdur Rahman, al-Bani misalnya, menyimpulkan dari
ketiga kata bahasa Arab yang sudah kita sebutkan tadi bahwa pendidikan itu
memiliki empat unsur, yaitu:
a. menjaga dan memelihara
fitrah anak menjelang dewasa (balig);
b. mengembangkan seluruh potensi;
c. mengarahkan seluruh fitrah
dan potensi menuju kesempumaan;
d. melaksanakannya secara bertahap.
Dari pendapat al-Bani ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pendidikan dalam hal ini ialah pendidikan Islam yang meliputi
unsur-unsur memelihara dan mengembangkan potensi atau fitrah anak didik secara
bertahap sesuai dengan perkembangannya.
Muhammad Naquib al-Attas yang menjadikan kata ta'dib
sebagai pijakannya menjelaskan bahwa pendidikan itu merupakan pengenalan
dan pengakuan yang ditanamkan secara berangsur-angsur ke dalam diri manusia
(peserta didik) tentang keberadaan segala sesuatu sehingga dapat membimbingnya
ke arah pengenalan dan pengakuan adanya Tuhan.
Marimba, seorang pakar filsafat pendidikan, merumuskan
bahwa pendidikan adalah bimbingan atau tuntunan secara sadar oleh pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya
kepribadian utama. Dalam definisi ini tergambar bahwa Marimba membatasi
pendidikan pada apa yang dilakukan pendidik. Akibatnya, hal-hal yang diperoleh
peserta didik dari pengalamannya sendiri atau diperolehnya dari interaksinya
dengan alam lingkungan tidak dapat dikategorikan ke dalam lingkup pendidikan.
Begitu pula dengan usaha yang dilakukannya sendiri untuk mengembangkan potensi
dirinya. Jadi dengan kata lain, pendidikan menjadi amat terbatas pada sesuatu
yang formal. Berkaitan dengan itu seorang pakar pendidikan barat, Rupert C.
Lodge mengemukakan bahwa pendidikan dapat dilihat dari pengertian luas dan
pengertian sempit. Dalam arti yang luas, ia mengatakan bahwa pendidikan itu
menyangkut seluruh pengalaman peserta didik, baik pengalamannya dengan
pendidik, orang tua, teman sepermainan maupun yang diperolehnya dari alam
lingkungan selain manusia, seperti hewan (dalam arti sempit, pendidikan hanya
sekadar pengajaran di sekolah). Pendapat ini ada benarnya karena pendidikan itu
tidak hanya diterima oleh seseorang dari pendidik yang melakukannya secara
sadar, tetapi dapat pula diperoleh dari pengalamannya sendiri, baik yang
disadari maupun tidak. Sebuah pepatah kuno menyatakan bahwa pengalaman itu
merupakan guru yang paling baik. Jadi, dalam pengertian luas, pendidikan ialah
pengembangan pribadi seseorang dalam semua aspeknya, yaitu jasmani, akal, dan
hati, baik oleh orang lain, lingkungan, maupun diri sendiri."
Definisi lain diberikan oleh Park, yaitu the art
of imparting or acquiring knowledge and habit
through instructional as study. Dan definisi ihi terlihat
bahwa Park menyamakan pendidikan dengan pengajaran.
Pengertian yang hampir sama dengan itu diberikan pula
oleh Alfred Nort Whitehead dengan mengatakan bahwa pendidikan merupakan
pembinaan keterampilan dengan menggunakan pengetahuan.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli di
atas jelaslah pengertian pendidikan itu dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu pendidikan dalam arti luas dan pendidikan dalam arti sempit.
Terlepas dari pengertian sempit dan luas, yang jelas
pendidikan merupakan suatu proses interaksi yang terjadi antara seseorang
dengan lingkungan sekitamya. Dalam proses pendidikan itu ada beberapa masalah
pokok atau unsur utama yang mesti ada, yaitu anak didik, pendidik, tujuan
pendidikan, materi pendidikan, dan cara atau metode pendidikan.
Di samping adanya unsur pokok pendidikan, para ahli
juga membahas tentang kerangka dasar pendidikan, seperti prinsip tauhid,
prinsip belajar sepanjang hayat dan efektivitas pendidikan. Selain itu, mereka
juga membicarakan ruang lingkup pendidikan, seperti aspek pendidikan akidah
(pendidikan tauhid), pendidikan akal, pendidikan akhiak, dan pendidikan
jasmani.
Ketiga prinsip tersebut ditemukan di dalam Surat
Al-'Alaq sebagaimana akan diuraikan berikut ini.
2. Prinsip-Prinsip Pendidikan
di dalam Surat Al-'Alaq
a. Kerangka Dasar
Pendidikan
Ada tiga kerangka dasar pendidikan yang tergambar di
dalam Surat Al-'Alaq, baik secara eksplisit maupun implisit.
1) lkhlas
Prinsip ikhlas dapat terlihat dengan jelas dalam Surat
Al-'Alaq ayat 1. Tuhan memerintahkan membaca atas nama Allah. Begitu juga pada
ayat ke-19, Allah menyuruh manusia hanya patuh dan sujud kepada-Nya tidak
kepada yang lain-Nya.
2) Pendidikan Seumur Hidup
Pendidikan seumur hidup tergambar secara implisit
dalam Surat Al-'Alaq, yaitu tidak adanya batasan yang konkret tentang kapan
seorang harus mulai belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya menjelaskan bahwa
manusia harus membaca dan belajar. Dengan demikian, manusia perlu belajar sejak
dilahirkan sampai ajalnya tiba.
3) Efektivitas Pendidikan
Di dalam Surat Al-'Alaq, Tuhan menginformasikan asal
kejadian manusia dari 'alaq (ayat 2) dan setelah diajari, mereka
memperoleh ilmu pengetahuan. llmu pengetahuan membuat mereka merasa cukup
sehingga menimbulkan sikap angkuh dan sombong (ayat 6-7). Di sini terlihat
bahwa keberhasilan seseorang, termasuk dalam bidang pendidikan, dapat
membuatnya bertindak sewenang-wenang dan angkuh karena merasa dirinya cukup dan
tidak membutuhkan pertolongan orang lain. Walaupun Tuhan telah mendidik
manusia, tidak semuanya berhasil menjadi manusia yang baik karena hal itu
tergantung pada beberapa faktor, seperti lingkungan dan kemauan untuk menjadi
baik.
b. Unsur Pokok
Pendidikan
1) Pendidik
Pada ayat 4 dan 5 dijelaskan bahwa pendidik pertama
adalah Allah SWT. Allah mengajar manusia menulis dengan menggunakan pena. Dia
memberikan pengetahuan kepada manusia tentang segala sesuatu yang belum
diketahuinya.
2) Peserta Didik
Peserta didik adalah manusia tanpa menyebutkan batas
dan ketentuan lain. Dengan kata lain, semua manusia merupakan peserta didik
tanpa batas waktu dan tempat. Ini dapat dilihat pada ayat ke-5.
3) Tujuan
Tujuan pendidikan di sini ialah agar manusia mempunyai
pengetahuan sehingga dapat beribadah dan bersujud serta mendekatkan diri
kepada-Nya. Itu berarti bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mendapatkan
rida-Nya. Masalah ini terlihat dengan jelas dalam ayat 1, 5, dan 19.
4) Materi
Secara eksplisit materi pendidikan tergambar dalam
Surat Al-'Alaq ayat I dan 3 (membaca), ayat 4 (menulis), dan ayat 2 (mengenal
diri melalui proses penciptaan secara biologis).
Di samping itu, secara implisit Surat Al-'Alaq
menyatakan bahwa materi pendidikan dalam Islam itu terpadu, tidak terbagi
antara ilmu agama dan ilmu umum. Dengan kata lain, tidak ada dikotomi ilmu
pengetahuan yang akan diajarkan karena pada hakikatnya ilmu itu hanya satu,
yaitu bersumber dari Allah SWT sebagai pendidik utama. Hal ini dapat
disimpulkan dari ayat 1 dan 3. Ayat tersebut menyatakan bahwa Tuhan
memerintahkan membaca tanpa menyebutkan objek yang harus dibaca. Jadi, apa saja
boleh dibaca untuk mendapatkan informasi.
Ilmu pengetahuan tidak terbatas pada teks yang
tertulis, tetapi juga yang tidak tertulis, seperti alam semesta. Jadi, objek
bacaan tidak penting, selama dilakukan atas nama Tuhan, insya Allah akan
memperoleh hasil yang baik dan bermanfaat.
5) Metode
Secara eksplisit metode pendidikan yang tergambar di
dalam Surat Al-'Alaq adalah sebagai berikut:
(a) pembiasaan dan pengamalan,
(b) mail' izah
(ayat 19),
(c) targib wa tarhib
(ayat 8, 15-18), dan
(d) hiwar khitabi
ta'ridi (ayat 9-10).
6) Alat
Pena merupakan sarana untuk memperoleh dan mewariskan
ilmu pengetahuan. Dengan pena, ilmu pengetahuan akan ditulis lalu dibaca oleh
generasi sekarang dan yang akan datang sehingga informasi tersebut menjadi
berkembang dan dapat dikembangkan oleh generasi selanjutnya (ayat 4).
0 komentar:
Your comment / PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM
Komentar Anda Sangat Bermanfaat Bagi Khazanah Ilmu Pengetahuan