Pendidikan adalah usahasadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1. Usaha Sadar
dan Terencana.
Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana menunjukkan bahwa pendidikan adalah
sebuah proses yang disengaja dan dipikirkan secara matang (proses kerja
intelektual). Oleh karena itu, di setiap level manapun, kegiatan
pendidikan harus disadari dan direncanakan, baik dalam tataran
nasional (makroskopik), regional/provinsi dan kabupaten kota
(messoskopik), institusional/sekolah (mikroskopik) maupun operasional
(proses pembelajaran oleh guru).
Berkenaan dengan pembelajaran (pendidikan dalam arti terbatas), pada
dasarnya setiap kegiatan pembelajaran pun harus direncanakan terlebih
dahulu sebagaimana diisyaratkan dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun
2007. Menurut Permediknas ini bahwa perencanaan proses
pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang memuatidentitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi
dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,
alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil
belajar, dan sumber belajar.
2. Suasana Belajar dan Proses Pembelajaran
Berbicara tentang mewujudkan suasana pembelajaran, tidak dapat
dilepaskan dari upaya menciptakan lingkungan belajar, diantaranya
mencakup: (a) lingkungan fisik, seperti: bangunan sekolah, ruang kelas,
ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK, taman sekolah
dan lingkungan fisik lainnya; dan (b) lingkungan sosio-psikologis (iklim dan
budaya belajar/akademik), seperti: komitmen, kerja sama, ekspektasi prestasi,
kreativitas, toleransi, kenyamanan, kebahagiaan dan aspek-aspek sosio–emosional
lainnya, yang memungkinkan peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.
Baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis, keduanya
didesan agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan segenap
potensinya. Dalam konteks pembelajaran yang dilakukan guru, di sini tampak
jelas bahwa keterampilan guru dalam mengelola kelas (classroom management) menjadi amat
penting. Dan di sini pula, tampak bahwa peran guru lebih diutamakan sebagai fasilitator belajar siswa .
Mewujudkan suasana pembelajaran, proses pembelajaran pun seyogyanya
didesain agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan
segenap potensi yang dimilikinya, dengan mengedepankan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student-centered) dalam bingkai model dan
strategi pembelajaran aktif (active learning), ditopang oleh peran
guru sebagai fasilitator belajar.
3.
Kekuatan
Spiritual Keagamaan
Yahya Jaya (2012:31) mengungkapkan kekuatan spiritual keagamaan perspektif
Islam terdiri dari tiga aspek,yaitu“aqidah/keimanan, ibadah/keislaman, dan
akhlak/keihsanan”. Indikator dari aspek-aspek tersebut yaitu sebagai berikut :
a.
Aqidah/keimanan diukur berdasarkan rukun iman, yakni
iman kepada Allah (mengakui ke-Esaan Allah, meyakini keberadaan Allah,
merasakan kehadiran Allah, menjalin hubungan dengan Allah), iman kepada
Malaikat (meyakini keberadaan malaikat, mengetahui tugas-tugas Malaikat,
merasakan diawasi oleh Malaikat), iman kepada kitab-kitab Allah (mengetahui
kitab-kitab Allah, meyakini kebenaran kitab-kitab Allah, menjadikan referensi
kehidupan/pedoman hidup), iman kepada Rasul-Rasul Allah (meyakini kemulian Para
Rasul, mengetahui bentuk-bentuk dan cara kepemimpinan para Rasul, mentauladani
Para Rasul), iman kepada hari kiamat (meyakini alur kehidupan, mengetahui tujuan
hidup, memiliki visi kehidupan dunia dan
akhirat), dan qada’ dan qadar (meyakini takdir
dan kebijakan Allah, memahami ketentuan (sunnatullah), memiliki
kesungguhan dalam beraktivitas).
b.
Ibadah/Islam diukur berdasarkan rukun Islam yakni
syahadataein (pengakuan, dan kepatuhan kepada Allah dan rasulullah), mendirikan
shalat (berzikir dan berdoa), menunaikan puasa (pengendalian kemandirian diri),
menunaikan zakat (empati dan berbagi kepada sesama), menunaikan haji jika mampu
(ketinggian budi dan kesempurnaan adab dan aklak).
c.
Akhlak/ihsan diukur berdasarkan rukun ihsan yaitu: itqonul
amal (kecermatan dalam melakukan aktivitas/profesional), al‘amalu bi
waktihi (beraktivitas tepat waktu/efesien), at-tartibu fil‘amal
(tertib dalam beraktivitas/efektif), ashobru fil amal (sabar dalam
bekerja), a’malu bish-shidqi (berkativitas yang dilandaskan kepada
kebenaran), dan Ikhlas (mengharap ridho Allah).
Kekuatan spiritual keagamaan dalam belajar memberikan makna dan akan
menimbulkan energi positf serta mendorong perkembangan segala potensi yang ada
pada diri peserta didik.
4.
Pengendalian
Diri
Pengendalian
diri merupakan sikap, tindakan atau perilaku seseorang secara sadar baik
direncanakan atau tidak untuk mematuhi nilai dan norma sosial
yang berlaku.
a. Pengendalian
diri dengan menggunakan prinsip kemoralan
b. Pengendalian
diri menggunakan kesadaran
c. Pengendalian
diri dengan perenungan
d. Pengendalian
diri menggunakan kesabaran
e. Pengendalian
diri dengan menyibukkan diri denganpikiran atau aktivitas yang positif.
5.
Kepribadian
Kepribadian
adalah keseluruhan cara seorang individu
bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling sering
dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh
seseorang.
Abin
Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang di
dalamnya mencakup :
a. Karakter
yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam
memegang pendirian atau pendapat.
b. Temperamen
yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan
yang datang dari lingkungan.
c.
Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif,
negatif atau ambivalen.
d. Stabilitas
emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari
lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa
e. Responsibilitas
(tanggung jawab) adalah kesiapan untuk menerima risiko dari tindakan atau
perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima risiko secara wajar, cuci
tangan, atau melarikan diri dari risiko yang dihadapi.Sosiabilitas yaitu
disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti :
sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain.
6.
Kecerdasan
Ada
tiga macam kecerdasan yang dikembangkan dalam proses pendidikan.
Yakni,kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual.
Ketiga kecerdasan yang sesungguhnya sudah merupakan pemberian Tuhan ini harus
dikembangkan dengan baik apabila manusia ingin mendapatkan kesempurnaan hidup.
7.
Akhlak
Mulia
Potensi
yang dimiliki peserta didik juga diperlukan agar anak manusia mempunyai akhlak
yang mulia. Persoalan akhlak ini sama sekali tidak bisa dipandang sebelah mata
terkait dengan berhasil atau tidaknya dari proses pendidikan. Seorang peserta
didik tidak bisa dikatakan berhasil hanya dari penilaian kecerdasan intelektual
semata, namun mengabaikan nilai-nilai yang masuk dalam ukuran akhlak. Setinggi
apa pun kecerdasan intelektual seseorang jika akhlaknya buruk maka ia pun akan
dinilai buruk oleh masyarakat. Oleh karena itu, akhlak yang mulia termasuk
tolok ukur keberhasilan seseorang dalam menjalani proses pendidikan.
8.
Keterampilan
Keterampilan
yaitu kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide
dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi
lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut.Keterampilan tersebut dapat dilatih sehingga mampu melakukan
sesuatu, tanpa adanya latihan dan proses pengasahan akal, fikiran tersebut
tidak akan bisa menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau terampil
karena keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat tanpa melalui proses
belajar yang intensif dan merupakan kelebihan yang sudah diberikan semenjak
lahir.
0 komentar:
Your comment / Pengertian Pendidikan Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
Komentar Anda Sangat Bermanfaat Bagi Khazanah Ilmu Pengetahuan