BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia adalah "makhluk
sosial". Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang hal
tersebut. Khalaqa al-insaana min 'alaq bukan hanya diartikan sebagai
"menciptakan manusia dari segumpal darah" atau "sesuatu yang
berdempet di dinding rahim", akan tetapi juga dapat dipahami sebagai
"diciptakan dinding dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak lain atau
tidak dapat hidup sendiri". Dari hal itu dapat dipahami bahwa manusia
dengan seluruh perwatakan dan pertumbuhannya adalah hasil pencapaian dua
faktor, yaitu faktor warisan dan faktor lingkungan. Faktor inilah yang
mempengaruhi manusia dalam berinteraksi dengannya semenjak ia menjadi embrio
hingga akhir hayat.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah yang kami gunakan melalui beberapa konsep
pertanyaan, yaitu :
1. Apa pengertian Lingkungan itu
sendiri yang sebenarnya.
2. Ada berapa macamkah lingkungankah
dalam pendidikan Islam?
C.
Tujuan Masalah
Makalah ini disusun dengan tujuan
untuk membuka kembali pemikiran yang benar dan riil tentang bagaimana konsep
Islam dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang Islami untuk mencapai
masyarakat madani yang berpendidikan tinggi dan luhur dengan disertai
nilai-nilai Islam yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.
Sehingga kita selaku pribadi dan umat Islam itu sendiri memiliki daya saing dan
harga diri yang tinggi serta bisa dibanggakan untuk bisa hidup berdampingan
secara baik dan benar dengan berbagai elemen masyarakat yang notabene tidak
hanya terdiri dari muslim saja , namun banyak pula yang non muslim.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan ialah
sesuatu yang berada di luar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya. Menurut
Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa yang dimaksud
lingkungan sekitar ialah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku manusia, pertumbuhan,
perkembangan kecuali gen-gen. Dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai
menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Pendapat lain mengatakan bahwa di
dalam lingkungan itu tidak hanya terdapat sejumlah faktor pada suatu saat,
melainkan terdapat pula faktor-faktor lain yang banyak jumlahnya, yang secara
potensial dapat mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak. Tetapi secara
aktual hanya faktor-faktor yang ada dise-keliling anak tersebut yang secara
langsung mempengaruhi pertumbuhan dan tingkah laku anak.
Alam sekitar merupakan salah satu
faktor dari faktor-faktor pendidikan yang ada. Dengan demikian alam sekitar
merupakan faktor penting pula bagi pelaksanaan pendidikan. Namun demikian
faktor alam sekitar jelas berbeda apabila dibandingkan dengan faktor
pendidikan. Kedua faktor pendidikan ini diakui ada persamaannya yaitu keduanya
mempunyai pengaruh kepada pertumbuhan, perkembangan dan tingkah laku anak. Di
samping ini diakui pula ada perbedaannya. Pengaruh alam sekitarnya merupakan
pengaruh belaka, tidak tersimpul unsur tanggung jawab di dalamnya. Anak didik
akan untung apabila kebetulan mendapat pengaruh yang baik, sebaliknya anak
didik akan rugi apabila kebetulan mendapat pengaruh yang kurang baik.
Memang alam sekitar berpengaruh
besar kepada anak didik.meliputi alam sekitar yang baik atau yang tidak baik.
Lebih-lebih alam sekitar yang kurang baik mudah mempengaruhi anak didik,
mengingat anak didik. maka sudah sepantasnyalah jika pendidik bersikap
bijaksana dalam bersikap dan menghadapi alam sekitar tersebut. Mengingat adanya
perbedaan tanggung jawab pengaruh pendidikan terhadap anak didik tersebut maka
para ahli didik umumnya memisahkan dalam membahas pendidik dan alam sekitar
sebagai faktor pendidikan. Namun demikian kelima faktor pendidikan tersebut
saling berhubungan dan sal ing berpengaruh. Karena itu tidak -mungkinlah
tiap-tiap faktor itu berdiri sendiri. Seolah-olah faktor pendidikan tersebut
merupakan suatu "gestalt". Ialah suatu keseluruhan yang berarti, dan
apabila salah satu bagian dari keseluruhan itu dihilangkan, maka akan tidak
berarti bagian-bagian tersebut.
Dalam al-Qur’an menurut Abuddin Nata
(1997) konsep lingkungan sebagai tempat tinggal di istilahkan dengan al-qaryah
dihubungkan dengan tingkah laku penduduknya. Sebagian al-qaryah dihubungkan
dengan perilaku penduduk yang berbuat durhaka lalu mendapat siksa (an-Nisa : 75),
(al-a’raf : 4), (Bani Israil : 16) dan (an-naml : 34). Adapula yang dihubungkan
dengan perilaku penduduk yang berbuat baik sehingga melahirkan rasa aman dan
damai (an-Nahl : 112).
B.
Macam-macam
Lingkungan Dalam Pendidikan Islam
Menurut Abuddin Nata (1997),
lingkungan pendidikan islam adalah institusi atau lembaga di mana pendidikan
islam itu berlangsung. Karena itu, ia menyimpulkan terdapat 3 lingkungan
pendidikan islam itu, yaitu lembaga keluarga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Drs. Abdurrahman Saleh ada
tiga macarn pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagaman anak, yaitu :
Lingkungan yang acuh tak acuh
terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya berkeberatan terhadap
pendidikan agama, dan adakalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
Lingkungan yang berpegang kepada
tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin : biasanya lingkungan demikian
menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau
beragama secara kebetulan.
Lingkungan yang memiliki tradisi
agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan agama : Lingkungan ini memberikan
motivasi (dorongan) yang kuat kepada anak untuk memeluk dan mengikuti
pendidikan agama yang ada. Apabila lingkungan ini ditunjang oleh pimpinan yang
baik dan kesempatan yang memadai, maka kemungkinan besar hasilnya pun paling
baik ).
Dari uraian tersebut di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa lingkungan pendidikan itu dapat dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu :
1. pengaruh lingkungan positif.
2. Pengaruh lingkungan negatif.
3. Pengaruh netral.
Pengaruh lingkungan positif yaitu lingkungan yang memberikan dorongan atau memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam. Sedangkan pengaruh lingkungan negatif yaitu lingkungan yang menghalangi atau kurang menunjang kepada anak untuk menerima. memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam. Mengenai lingkungan netral adalah lingkungan yang tidak memberikan dorongan untuk meyakini atau mengamalkan agama, demikian pula tidak melarang atau menghalangi anak-anak untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam. Lingkungan ini apatis, masa bodoh terhadap keberagamaan anak-anak. Lingkungan itu nampak ada dalam kehidupan berrnasyarakat.
Selanjutnya di bawah ini akan
dibahas beberapa lembaga yang tumbuh di dalam masyarakat serta mempunyai
pengaruh luas bagi kehidupan agama anak, yaitu sebagai berikut :
1.
Keluarga
Keluarga
adalah ikatan laki-laki dengan wanita berdasarkan hukum atau undang-undang
perkawinan yang sah. Di dalam keluarga ini lahirlah anak-anak. Di sinilah
terjadi interaksi pendidikan. Para ahli didik umumnya menyatakan pendidikan di
lembaga ini merupakan pendidikan pertama dan utama. Dikatakan demikian karena
di lembaga inilah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Di samping
itu pendidikan di sini mempunyai pengaruh dalam terhadap kehidupan peserta
didik di kelak kemudian hari.
Pada
tahun-tahun pertama, orang tua memegang peranan utama dan memikul tanggunjawab
pendidikan anak. Pada saat ini pemeliharaan dan pernbiasaan sangat penting
dalam pelak-sanaan pendidikan. Kasih sayang orang tua yang tumbuh akibat dari
hubungan darah dan diberikan kepada anak secara wajar atau sesuai dengan
kebutuhan, mempunyai arti sangat penting bagi pertumbuhannya. Kekurangan
belaian kasih sayang orang tua menjadikan anak keras kepala, sulit diatur,
mudah inem-berontak dan lain-lain, tetapi sebaliknya kasih sayang yang
berlebihan menjadikan anak manja, penakut, tidak cepat untuk dapat hidup
mandiri. Karena itu harus pandai dan tepat memberikan kasih sayang kepada
anaknya jangan kurang dan jangan pula berkebihan. . Allah berfirman :
Artinya : "Peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka". ( QS. At-Tahrim : 6)
Kalau orang tua tidak pandai mendidik dan memelihara anak, akhirnya anak tersebut terjerumus ke lembah kenistaan, maka akibatnya orang tua akan menerima akibatnya baik kehidupan di dunia apalagi di akhirat. Keluarga yang ideal ialah keluarga yang mau memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Jika mereka mampu dan berkesempatan, maka mereka lakukan sendiri pendidikan agama ini, tetapi apabila tidak mampu atau tidak berkesempatan, maka mereka datangkan guru agama untuk memberikan pelajaran privat kepada anak-anak mereka. Di samping itu mereka masih memberikan perhatian dan fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan. Mereka merasa kecewa dan merasa berdosa kepada Tuhan apabila tidak memberikan perhatian pendidikan agama ini. Keluarga demikianlah yang melahirkan anak-anak taat menjalankan agama.
Adapun
keluarga yang acuh atau tidak taat menjalankan agama atau bahkan membenci
kepada ajaran agama, keluarga ini tidak akan memberikan dorongan kepada anakaya
untuk mempelajari agama. Malahan boleh jadi mereka bersikeras melarang anaknya
mempelajari agama. Karena mereka berkeyakinan bahwa agama itu justru menghambat
perkembangan dan kehidupan anaknya. Keluarga yang.demikianlah yang meluhurkan
anak-anaknya bersikap apatis terhadap agama bahkan mungkin men-jadi ingkar
terhadap kebenaran agama. Setelah anak memasuki masa kanak-kanak (estetis),
lingkungannya sudah makin luas.
Selain
dari ayah bundanya, keluarga-keluarga lain pun telah memegang peranan. Hubungan
dengan keluarga selain ibu ba-pak, membawa akibat-akibat baru terhadap
anak-anak itu. Kasih sayang seperti yang diterimanya dari ibu bapak, tidak akan
diperolehnya dari keluarga-keluarga lain itu. Kasih sayang mereka itu, biasanya
lepas dari soal-soal memanjakan si terdidik, sehingga tidak selalu keinginan si
anak itu dipenuhi oleh mereka. Jika terjadi demikian. maka hal itu akan banyak
membantu anak-anak ke arah berdiri sendiri. dan mengenal lingkungannya dengan
baik. Orang tua yang bijaksana akan memberi kesempatan secukupnya kepada
anak-anaknya untuk bergaul dengan keluarga-keluarganya itu, dengan tetangga-tetangga
yang dekat dan sebagainya.
2.
Sekolah
Sekolah
adalah lembaga pendidikan yang sangat pentin seudah keluarga. Pada waktu
anak-anak menginjak umur 6 atau 7 tahun perkembangan intelek, daya pikir telah
meningkat sedemikian rupa, karena itu pada masa ini disebut masa
keserasian-bersekolah. Pada saat ini anak telah cukup matang belajar di.
sekolah. la telah mampu mempelajari iimu-ilmu yang diajarkan di sekolah seperti
Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa, Olahraga,
Keterampilan, agama dan lain sebagainya. Keluarga umumnya tidak berkesempatan
atau bahkan banyak yang tidak berkemampuan mengajar ilmu-ilmu tersebut. Oleh
karena itu sudah sepantasnyalah mereka menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya
kepada sekolah. Dan memang sekolah yang telah diatur dan dipersiapkar sedemikian
rupa. mampu melaksanakan tugas-tugas di atas, tugas guru dan pemimpin-pemimpin
di sekolah di samping memberikan pendidikan dasar-dasar keilmuan juga
pendidikan budi pekerti dan agama ini seharusnya merupakan lanjutan atau
setidak-tidaknya tidak bertentangan dengan yang diberikan di dalam keluarga.
Apabila
ada perbedaan atau bahkan pertentangan dari keduanya akan mengakibatkan
kebingungan pada anak atau mungkin ketidakpercayaan anak kepada kedua lembaga
tersebut. Karena itu pendidikan di sekolah mestinya searah dengan diberikan di
dalam keluarga. Syukur kalau mungkin diadakan kerja sama di antara keduanya.
Hal yang demikian ini berpengaruh positif bagi pembentukan kepribadian anak.
Selain dari pada itu, setiap kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam
bidang apapun akan membantu meniadakan konflik-konflik batin yang mungkin
timbul karena perbedaan pandangan antara keduanya.
Di
samping itu telah diakui oleh berbagai pihak tentang peran sekolah bagi
pembentukan kepribadian anak sangat besar. Sekolah telah membina anak tentang
kecerdasan. sikap. rninat dan lain sebagainya dengan gaya dan caranya sendiri
sehingga anak mentaatinya. Karena itu dapatlah dikatakan sekolah berpengaruh
besar bagi jiwa dan keberagamaan anak. Lingkungan sekolah yang positif terhadap
pendidikan Islam yaitu lingkungan sekolah yang memberikan fasilitas dan
motivasi untuk berlangsungnya. pendidikan agama ini. Apalagi kalau sekolah ini
memberikan sarana dan prasarana yang memadai untuk penyelenggaraan pendidikan
agama, maka dibuatkan pula tempat wudhu, tempat ibadah, diadakan buku-buku
ke-lslaman di dalam perpustakaan sekolah dan diberikan kesempatan yang luas
untuk penyelenggaraan praktek-praktek ibadah dan peringatan hari-hari besar
Islam dan lain-lain, Lingkungan sekolah demikian inilah yang mampu membina anak
rajin beribadah, berpandangan luas dan daya nalar kreatif.
Sedangkan
lingkungan sekolah yang netral dan kurang menumbuhkan jiwa anak untuk gemar
beramal, justru menjadikan anak jumud, picik, berwawasan sempit. Sifat dan
sikap ini menghambat pertumbuhan anak.
Lingkungan
sekolah yang negatif terhadap pendidikan agama yaitu lingkungan sekolah yang
berusaha keras untuk meniadakan kepercayaan agama di kalangan anak didik. Di
zaman ORLA didapati cerita adanya guru-guru taman kanak-kanak yang membenci dan
berusaha untuk menghilangkan kepercayaan agama anak-anak. Diceritakan ada
seorang guru TK yang berusaha menghilangkan kepercayaan agama anak didiknya. la
berkata : "Hai anak-anak tutuplah matamu dan mintalah permen kepada Tuhan.
Ternyata engkau tidak mendapatkan permen bukan? Sebab Tuhan memang tidak ada.
Kemudian tutuplah matamu dan mintalah permen kepada ibu gurumu". Lantas
ibu guru tersebut mermasukkan permen ke dalam mulut anak didiknya, selanjutnya
ia berkata : "Sekarang anak-anak rnemperoleh permen karena diberi oleh
orang yang ada yaitu ibu guru". Lingkungan sekolah ini tidak
menguntungkan, yaitu menghilangkan kepercayaan anak terhadap agama. Lingkungan
yang demikian inilah yang dapat membina anak bersifat atheis artinya tidak percaya
kepada Tuhan bahkan anti Tuhan. Mereka berpandangan materialistis dan hanya
mempercayai segala sesuatu yang nampak oleh mata. Sebaliknya segala sesuatu
yang tidak dapat ditangkap dan dihayati oleh mata adalah tidak ada. Orang-orang
yang berpandangan demikian inilah umumnya berpendirian agama adalah candu
masyarakat.
3.
Tempat Ibadah
Yang
dimaksud tempat ibadah di sini yaitu mushala, mesjid dan lain-lain. Oleh umat
Islam tempat ini digunakan untuk pendidikan dasar-dasar ke-Islaman. Pendidikan
ini merupakan kelanjutan dari pendidikan di dalam keluarga. Di tempat ini
biasanya diadakan pendidikan dan pengajaran Islam baik individu atau klasikal
(dalam bentuk madrasah diniyah), rutin maupun berkala. Di samping itu
seringkali diadakan pengajian-pengajian umum seperti pengajian untuk peringatan
hari-hari besar Islam, tablig akbar, diskusi dan seminar.
Mengenai
pendidikan anak-anak (Madrasah Diniyah) kurikulum dan penyelenggaraannya ada
yang diatur oleh sekolah sendiri, tetapi banyak yang mengikuti petunjuk aturan yang
ditetapkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia. Tempat ibadah demikianlah
yang mampu menumbuhkan anak gemar beribadat, suka beramal, rajin berjamaah
serta senang kepada amal jariyah.
Di
samping itu ada pula tempat ibadah yang didirikan hanya untuk sembahyang jamaah
saja atau bahkan ada masjid yang hanya dipakai untuk sembahyang jumat, kalaupun
ada salat jamaah sembahyang fardu jamaahnya jumlahnya sangat terbatas. Tempat
ibadah ini dapat menyuburkan kehidupan beragama di kalangan anak-anak sekalipun
tidak sekuat dengan pengaruh tempat ibadah yang pertama.
Ada lagi tempat ibadah yang didirikan tidak digunakan untuk tujuan-tujuan syiar Islam sebaliknya justru untuk menghancurkan Islam sebagaimana Mesjid Dhirar yang didirikan sewaktu Nabi Muhammad SAW masih hidup, mesjid ini akhirnya diperintah-kan Nabi untuk dihancurkan saja. Lingkungan masjid ini membawa pengaruh searah dengan tujuan pembangunan masjid tersebut yaitu membenci kepada Islam.
Ada lagi tempat ibadah yang didirikan tidak digunakan untuk tujuan-tujuan syiar Islam sebaliknya justru untuk menghancurkan Islam sebagaimana Mesjid Dhirar yang didirikan sewaktu Nabi Muhammad SAW masih hidup, mesjid ini akhirnya diperintah-kan Nabi untuk dihancurkan saja. Lingkungan masjid ini membawa pengaruh searah dengan tujuan pembangunan masjid tersebut yaitu membenci kepada Islam.
4. Masyarakat
Organisasi-organisasi yang tumbuh di dalam masyarakat itu banyak, antara lain :
Organisasi-organisasi yang tumbuh di dalam masyarakat itu banyak, antara lain :
a. Kependudukan
b. Perkumpulan-perkumpulan pemuda
seperti perkumpulan mahasiswa, perkumpulan pelajar, (HMl, PMII, PII, IPN, IPNU,
GP.ANSHOR dan sebagainya)
c. Perkumpulan-perkumpulan olah raga
dan kesenian.
d. Perkumpulan-perkumpulan sementara
Panitia penolong korban bencana alam.
e. Perkumpulan (club-club) pengajian
atau diskusi.
f. Perkumpulan koperasi dan lain-lain.
Organisasi-organisasi
seperti tersebut di atas yang tetap mendasarkan diri pada agama, mempunyai
pengaruh positif bagi kehidupan keagamaan. Tidak kalah pentingnya dengan
Organisasi-organisasi tersebut di atas yaitu persekutuan hidup di dalam
masyarakat vang memanifestasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari,
kesemuanva itu ikut mempengaruhi keagamaan anak-anak.
Perkumpulan
dan persekutuan hidup masyarakat vang memberikan anak untuk hidup dan
mempraktekkan ajaran Islam; rajin beramal, cinta damai, toleransi, dan suka
menyambung Ukhuwah Islamiah, sebaliknya lingkungan vang tidak menghargai ajaran
Islam maka dapat menjadikan anak apatis atau masa bodoh kepada agama Islam.
Apalagi masyarakat yang membenci kepada Islam, maka akhirnya anaknya pun akan
membenci kepada Islam.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa lingkungan pendidikan sangat berperan penting dalam penyelenggaraan
pendidikan Islam. Sebab, lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu
merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, yang secara umum lingkungan
tersebut dapat dilihat dari tiga hal, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Keluarga sangat diperlukan pembentukannya sehingga ia mampu mendidik
anak-anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Kemudian, orang tua
harus menyadari pentingnya sekolah dalam mendidik anaknya secara profesional
sehingga orang tua harus memilih pula sekolah yang baik dan turut
berpartisipasi dalam peningkatan sekolah tersebut. Sementara itu, sekolah atau
madrasah juga berperan penting dalam proses pendidikan. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal, yang pada hakikatnya sebagai institusi yang menyandang
amanah dari orang tua dan masyarakat, harus menyelenggarakan pendidikan yang
profesional sesuai dengan prinsip-prinsip dan karakteristik pendidikan Islam.
Sekolah harus mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keahlian bagi peserta didiknya
sesuai dengan kemampuan peserta didik itu sendiri. Begitu pula, masyarakat
dituntut perannya dalam menciptakan tatanan masyarakat yang nyaman dan peduli
terhadap pendidikan. Masyarakat diharapkan terlibat aktif dalam peningkatan
kualitas pendidikan yang ada di sekitarnya. Kemudian, ketiga lingkungan
pendidikan tersebut harus saling bekerja sama secara harmonis sehingga
terbentuklah pendidikan terpadu yang diikat dengan ajaran Islam. Dengan
keterpaduan seperti itu, diharapkan amar ma'ruf nahi mungkar dalam komunitas
masyarakat tersebut dapat ditegakkan sehingga terwujudlah masyarakat yang
diberkahi dan tatanan masyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun gafuur.
B.
Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentu
terdapat berbagai kekeliruan dan kekurangan sebagaimana fitrah kami sebagai
manusia, sebagai tempat salah dan lupa.
Oleh karena itu, dengan setulus hati kami mengharapkan apresiasi pembaca sekalian untuk menyampaikan saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang.
Oleh karena itu, dengan setulus hati kami mengharapkan apresiasi pembaca sekalian untuk menyampaikan saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,
Abu dan Hj. Nur Uhbiati. 1995. Ilmu
Pendidikan Islam I (IPI). Jakarta: Pustaka Setia.
Saleh,
Abdurrahman. 1980. Didaktik Pendidikan
Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Syar’I,
Ahmad. 2004. Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Pustaka Firdaus
Nata,
Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam.
Jakarta: Logos Wacana Ilmu
http://annisahidayat.wordpress.com/2010/05/05/peran-lingkungan-dalam-
penyelenggaraan-pendidikan-islam-2/. Diakses pada hari Jum’at, Tanggal 25 Mei 2012 pukul 15.00 WIB
penyelenggaraan-pendidikan-islam-2/. Diakses pada hari Jum’at, Tanggal 25 Mei 2012 pukul 15.00 WIB
0 komentar:
Your comment / Lingkungan Pendidikan Islam
Komentar Anda Sangat Bermanfaat Bagi Khazanah Ilmu Pengetahuan