Lingkungan Pendidikan Islam

Your comment You are on Ilmu Edit posts?

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah "makhluk sosial". Hal ini sesuai dengan ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang hal tersebut. Khalaqa al-insaana min 'alaq bukan hanya diartikan sebagai "menciptakan manusia dari segumpal darah" atau "sesuatu yang berdempet di dinding rahim", akan tetapi juga dapat dipahami sebagai "diciptakan dinding dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak lain atau tidak dapat hidup sendiri". Dari hal itu dapat dipahami bahwa manusia dengan seluruh perwatakan dan pertumbuhannya adalah hasil pencapaian dua faktor, yaitu faktor warisan dan faktor lingkungan. Faktor inilah yang mempengaruhi manusia dalam berinteraksi dengannya semenjak ia menjadi embrio hingga akhir hayat.

B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami gunakan melalui beberapa konsep pertanyaan, yaitu :
1.      Apa pengertian Lingkungan itu sendiri yang sebenarnya.
2.      Ada berapa macamkah lingkungankah dalam pendidikan Islam?

C.    Tujuan Masalah
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk membuka kembali pemikiran yang benar dan riil tentang bagaimana konsep Islam dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang Islami untuk mencapai masyarakat madani yang berpendidikan tinggi dan luhur dengan disertai nilai-nilai Islam yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sehingga kita selaku pribadi dan umat Islam itu sendiri memiliki daya saing dan harga diri yang tinggi serta bisa dibanggakan untuk bisa hidup berdampingan secara baik dan benar dengan berbagai elemen masyarakat yang notabene tidak hanya terdiri dari muslim saja , namun banyak pula yang non muslim.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan ialah sesuatu yang berada di luar diri anak dan mempengaruhi perkembangannya. Menurut Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan bahwa yang dimaksud lingkungan sekitar ialah meliputi semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempen­garuhi tingkah laku manusia, pertumbuhan, perkembangan kecuali gen-gen. Dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.
Pendapat lain mengatakan bahwa di dalam lingkungan itu tidak hanya terdapat sejumlah faktor pada suatu saat, melainkan terdapat pula faktor-faktor lain yang banyak jumlahnya, yang secara potensial dapat mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku anak. Tetapi secara aktual hanya faktor-faktor yang ada dise-keliling anak tersebut yang secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan tingkah laku anak.
Alam sekitar merupakan salah satu faktor dari faktor-faktor pendidikan yang ada. Dengan demikian alam sekitar merupakan faktor penting pula bagi pelaksanaan pendidikan. Namun demikian faktor alam sekitar jelas berbeda apabila dibandingkan dengan fak­tor pendidikan. Kedua faktor pendidikan ini diakui ada persamaannya yaitu keduanya mempunyai pengaruh kepada pertumbuhan, perkembangan dan tingkah laku anak. Di samping ini diakui pula ada perbedaannya. Pengaruh alam sekitarnya merupakan pengaruh belaka, tidak tersimpul unsur tanggung jawab di dalamnya. Anak didik akan untung apabila kebetulan mendapat pengaruh yang baik, sebaliknya anak didik akan rugi apabila kebetulan mendapat pengaruh yang kurang baik.
Memang alam sekitar berpengaruh besar kepada anak didik.meliputi alam sekitar yang baik atau yang tidak baik. Lebih-lebih alam sekitar yang kurang baik mudah mempengaruhi anak didik, mengingat anak didik. maka sudah sepantasnyalah jika pendidik bersikap bijaksana dalam bersikap dan menghadapi alam sekitar tersebut. Mengingat adanya perbedaan tanggung jawab pengaruh pen­didikan terhadap anak didik tersebut maka para ahli didik umumnya memisahkan dalam membahas pendidik dan alam sekitar sebagai faktor pendidikan. Namun demikian kelima faktor pendidikan terse­but saling berhubungan dan sal ing berpengaruh. Karena itu tidak -mungkinlah tiap-tiap faktor itu berdiri sendiri. Seolah-olah faktor pendidikan tersebut merupakan suatu "gestalt". Ialah suatu keseluruhan yang berarti, dan apabila salah satu bagian dari keseluruhan itu dihilangkan, maka akan tidak berarti bagian-bagian tersebut.
Dalam al-Qur’an menurut Abuddin Nata (1997) konsep lingkungan sebagai tempat tinggal di istilahkan dengan al-qaryah dihubungkan dengan tingkah laku penduduknya. Sebagian al-qaryah dihubungkan dengan perilaku penduduk yang berbuat durhaka lalu mendapat siksa (an-Nisa : 75), (al-a’raf : 4), (Bani Israil : 16) dan (an-naml : 34). Adapula yang dihubungkan dengan perilaku penduduk yang berbuat baik sehingga melahirkan rasa aman dan damai (an-Nahl : 112).

B.     Macam-macam Lingkungan Dalam Pendidikan Islam
Menurut Abuddin Nata (1997), lingkungan pendidikan islam adalah institusi atau lembaga di mana pendidikan islam itu berlangsung. Karena itu, ia menyimpulkan terdapat 3 lingkungan pendidikan islam itu, yaitu lembaga keluarga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Drs. Abdurrahman Saleh ada tiga macarn pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagaman anak, yaitu :
Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini adakalanya berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan adakalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
Lingkungan yang berpegang kepada tradisi agama tetapi tanpa keinsyafan batin : biasanya lingkungan demikian menghasilkan anak-anak beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan agama : Lingkungan ini memberikan motivasi (dorongan) yang kuat kepada anak untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada. Apabila lingkungan ini ditunjang oleh pimpinan yang baik dan kesempatan yang memadai, maka kemungkinan besar hasilnya pun paling baik ).
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lingkungan pendidikan itu dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1.      pengaruh lingkungan positif.
2.      Pengaruh lingkungan negatif.
3.      Pengaruh netral.

        Pengaruh lingkungan positif yaitu lingkungan yang memberi­kan dorongan atau memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam. Sedangkan pengaruh lingkungan negatif yaitu lingkungan yang menghalangi atau kurang menunjang kepada anak un­tuk menerima. memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam. Mengenai lingkungan netral adalah lingkungan yang tidak memberikan dorongan untuk meyakini atau mengamalkan agama, demikian pula tidak melarang atau menghalangi anak-anak untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam. Lingkungan ini apatis, masa bodoh terhadap keberagamaan anak-anak. Lingkungan itu nampak ada dalam kehidupan berrnasyarakat.
Selanjutnya di bawah ini akan dibahas beberapa lembaga yang tumbuh di dalam masyarakat serta mempunyai pengaruh luas bagi kehidupan agama anak, yaitu sebagai berikut :

1.      Keluarga
Keluarga adalah ikatan laki-laki dengan wanita berdasarkan hukum atau undang-undang perkawinan yang sah. Di dalam keluarga ini lahirlah anak-anak. Di sinilah terjadi interaksi pendidi­kan. Para ahli didik umumnya menyatakan pendidikan di lembaga ini merupakan pendidikan pertama dan utama. Dikatakan demikian karena di lembaga inilah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Di samping itu pen­didikan di sini mempunyai pengaruh dalam terhadap kehidupan peserta didik di kelak kemudian hari.
Pada tahun-tahun pertama, orang tua memegang peranan utama dan memikul tanggunjawab pendidikan anak. Pada saat ini pemeliharaan dan pernbiasaan sangat penting dalam pelak-sanaan pendidikan. Kasih sayang orang tua yang tumbuh akibat dari hubungan darah dan diberikan kepada anak secara wajar atau sesuai dengan kebutuhan, mempunyai arti sangat penting bagi pertumbuhannya. Kekurangan belaian kasih sayang orang tua menjadikan anak keras kepala, sulit diatur, mudah inem-berontak dan lain-lain, tetapi sebaliknya kasih sayang yang berlebihan menjadikan anak manja, penakut, tidak cepat untuk dapat hidup mandiri. Karena itu harus pandai dan tepat memberikan kasih sayang kepada anaknya jangan kurang dan jangan pula berkebihan. . Allah berfirman :

Artinya : "Peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka". ( QS. At-Tahrim : 6)

        Kalau orang tua tidak pandai mendidik dan memelihara anak, akhirnya anak tersebut terjerumus ke lembah kenistaan, maka akibatnya orang tua akan menerima akibatnya baik ke­hidupan di dunia apalagi di akhirat. Keluarga yang ideal ialah keluarga yang mau memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendidikan agama. Jika mereka mampu dan berkesempatan, maka mereka lakukan sendiri pendidikan agama ini, tetapi apabila tidak mampu atau tidak berkesempatan, maka mereka datangkan guru agama untuk memberikan pelajaran privat kepada anak-anak mereka. Di samping itu mereka masih memberikan perhatian dan fasilitas-fasilitas lain yang diperlukan. Mereka merasa kecewa dan merasa berdosa kepada Tuhan apabila tidak memberi­kan perhatian pendidikan agama ini. Keluarga demikianlah yang melahirkan anak-anak taat menjalankan agama.
Adapun keluarga yang acuh atau tidak taat menjalankan agama atau bahkan membenci kepada ajaran agama, keluarga ini tidak akan memberikan dorongan kepada anakaya untuk mempelajari agama. Malahan boleh jadi mereka bersikeras melarang anaknya mempelajari agama. Karena mereka berkeyakinan bahwa agama itu justru menghambat perkembangan dan kehidupan anaknya. Keluarga yang.demikianlah yang meluhurkan anak-anaknya bersikap apatis terhadap agama bahkan mungkin men-jadi ingkar terhadap kebenaran agama. Setelah anak memasuki masa kanak-kanak (estetis), lingkungannya sudah makin luas.
Selain dari ayah bundanya, keluarga-keluarga lain pun telah memegang peranan. Hubungan dengan keluarga selain ibu ba-pak, membawa akibat-akibat baru terhadap anak-anak itu. Kasih sayang seperti yang diterimanya dari ibu bapak, tidak akan diperolehnya dari keluarga-keluarga lain itu. Kasih sayang mereka itu, biasanya lepas dari soal-soal memanjakan si terdidik, sehingga tidak selalu keinginan si anak itu dipenuhi oleh mereka. Jika terjadi demikian. maka hal itu akan banyak membantu anak-anak ke arah berdiri sendiri. dan mengenal lingkungannya dengan baik. Orang tua yang bijaksana akan memberi kesempatan secukupnya kepada anak-anaknya untuk bergaul dengan keluarga-keluarganya itu, dengan tetangga-tetangga yang dekat dan sebagainya.

2.      Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang sangat pentin seudah keluarga. Pada waktu anak-anak menginjak umur 6 atau 7 tahun perkembangan intelek, daya pikir telah meningkat sedemikian rupa, karena itu pada masa ini disebut masa keserasian-bersekolah. Pada saat ini anak telah cukup matang belajar di. sekolah. la telah mampu mempelajari iimu-ilmu yang diajarkan di sekolah seperti Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Bahasa, Olahraga, Keterampilan, agama dan lain sebagainya. Keluarga umumnya tidak berkesempatan atau bahkan banyak yang tidak berkemampuan mengajar ilmu-ilmu tersebut. Oleh karena itu sudah sepantasnyalah mereka menyerahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada sekolah. Dan memang sekolah yang telah diatur dan dipersiapkar sedemikian rupa. mampu melaksanakan tugas-tugas di atas, tugas guru dan pemimpin-pemimpin di sekolah di samping memberikan pendidikan dasar-dasar keilmuan juga pendidikan budi pekerti dan agama ini seharusnya merupakan lanjutan atau setidak-tidaknya tidak bertentangan dengan yang diberikan di dalam keluarga.
Apabila ada perbedaan atau bahkan pertentangan dari keduanya akan mengakibatkan kebingungan pada anak atau mungkin ketidakpercayaan anak kepada kedua lembaga tersebut. Karena itu pendidikan di sekolah mestinya searah dengan diberikan di dalam keluarga. Syukur kalau mungkin diadakan kerja sama di antara keduanya. Hal yang demikian ini berpengaruh positif bagi pembentukan kepribadian anak. Selain dari pada itu, setiap kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam bidang apapun akan membantu meniadakan konflik-konflik bat­in yang mungkin timbul karena perbedaan pandangan antara keduanya.
Di samping itu telah diakui oleh berbagai pihak tentang peran sekolah bagi pembentukan kepribadian anak sangat besar. Sekolah telah membina anak tentang kecerdasan. sikap. rninat dan lain sebagainya dengan gaya dan caranya sendiri sehingga anak mentaatinya. Karena itu dapatlah dikatakan sekolah berpengaruh besar bagi jiwa dan keberagamaan anak. Lingkungan sekolah yang positif terhadap pendidikan Islam yaitu lingkungan sekolah yang memberikan fasilitas dan motivasi untuk berlangsungnya. pendidikan agama ini. Apalagi kalau sekolah ini memberikan sarana dan prasarana yang memadai untuk penyelenggaraan pendidikan agama, maka dibuatkan pula tempat wudhu, tempat ibadah, diadakan buku-buku ke-lslaman di dalam perpustakaan sekolah dan diberikan kesempatan yang luas untuk penyelenggaraan praktek-praktek ibadah dan peringatan hari-hari besar Islam dan lain-lain, Lingkungan sekolah demikian inilah yang mampu membina anak rajin beribadah, berpandangan luas dan daya nalar kreatif.
Sedangkan lingkungan sekolah yang netral dan kurang menumbuhkan jiwa anak untuk gemar beramal, justru menjadikan anak jumud, picik, berwawasan sempit. Sifat dan sikap ini menghambat pertumbuhan anak.
Lingkungan sekolah yang negatif terhadap pendidikan agama yaitu lingkungan sekolah yang berusaha keras untuk meni­adakan kepercayaan agama di kalangan anak didik. Di zaman ORLA didapati cerita adanya guru-guru taman kanak-kanak yang membenci dan berusaha untuk menghilangkan kepercayaan agama anak-anak. Diceritakan ada seorang guru TK yang berusaha menghilangkan kepercayaan agama anak didiknya. la berkata : "Hai anak-anak tutuplah matamu dan mintalah permen kepada Tuhan. Ternyata engkau tidak mendapatkan permen bukan? Sebab Tuhan memang tidak ada. Kemudian tutuplah matamu dan mintalah permen kepada ibu gurumu". Lantas ibu guru tersebut mermasukkan permen ke dalam mulut anak didiknya, selanjutnya ia berkata : "Sekarang anak-anak rnemperoleh permen karena diberi oleh orang yang ada yaitu ibu guru". Lingkungan sekolah ini tidak menguntungkan, yaitu menghilangkan kepercayaan anak terhadap agama. Lingkungan yang demikian inilah yang dapat membina anak bersifat atheis artinya tidak percaya kepada Tuhan bahkan anti Tuhan. Mereka berpandangan materialistis dan hanya mempercayai segala sesuatu yang nampak oleh mata. Sebaliknya segala sesuatu yang tidak dapat ditangkap dan dihayati oleh mata adalah tidak ada. Orang-orang yang berpandangan demikian inilah umumnya berpendirian agama adalah candu masyarakat.

3.      Tempat Ibadah
Yang dimaksud tempat ibadah di sini yaitu mushala, mesjid dan lain-lain. Oleh umat Islam tempat ini digunakan untuk pendidikan dasar-dasar ke-Islaman. Pendidikan ini merupakan kelanjutan dari pendidikan di dalam keluarga. Di tempat ini biasanya diadakan pendidikan dan pengajaran Islam baik individu atau klasikal (dalam bentuk madrasah diniyah), rutin maupun berkala. Di samping itu seringkali diadakan pengajian-pengajian umum seperti pengajian untuk peringatan hari-hari besar Islam, tablig akbar, diskusi dan seminar.
Mengenai pendidikan anak-anak (Madrasah Diniyah) kurikulum dan penyelenggaraannya ada yang diatur oleh sekolah sendiri, tetapi banyak yang mengikuti petunjuk aturan yang ditetapkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia. Tempat ibadah demikianlah yang mampu menumbuhkan anak gemar beribadat, suka beramal, rajin berjamaah serta senang kepada amal jariyah.
Di samping itu ada pula tempat ibadah yang didirikan hanya untuk sembahyang jamaah saja atau bahkan ada masjid yang hanya dipakai untuk sembahyang jumat, kalaupun ada salat jamaah sembahyang fardu jamaahnya jumlahnya sangat terbatas. Tempat ibadah ini dapat menyuburkan kehidupan beragama di kalangan anak-anak sekalipun tidak sekuat dengan pengaruh tempat ibadah yang pertama.

Ada lagi tempat ibadah yang didirikan tidak digunakan un­tuk tujuan-tujuan syiar Islam sebaliknya justru untuk menghancurkan Islam sebagaimana Mesjid Dhirar yang didirikan sewaktu Nabi Muhammad SAW masih hidup, mesjid ini akhirnya diperintah-kan Nabi untuk dihancurkan saja. Lingkungan masjid ini membawa pengaruh searah dengan tujuan pembangunan masjid tersebut yaitu membenci kepada Islam.
4.      Masyarakat
Organisasi-organisasi yang tumbuh di dalam masyarakat itu banyak, antara lain :
a.       Kependudukan
b.      Perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti perkumpulan mahasiswa, perkumpulan pelajar, (HMl, PMII, PII, IPN, IPNU, GP.ANSHOR dan sebagainya)
c.       Perkumpulan-perkumpulan olah raga dan kesenian.
d.      Perkumpulan-perkumpulan sementara Panitia penolong korban bencana alam.
e.       Perkumpulan (club-club) pengajian atau diskusi.
f.       Perkumpulan koperasi dan lain-lain.
Organisasi-organisasi seperti tersebut di atas yang tetap mendasarkan diri pada agama, mempunyai pengaruh positif bagi kehidupan keagamaan. Tidak kalah pentingnya dengan Organisasi-organisasi terse­but di atas yaitu persekutuan hidup di dalam masyarakat vang memanifestasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, kesemuanva itu ikut mempengaruhi keagamaan anak-anak.
Perkumpulan dan persekutuan hidup masyarakat vang memberikan anak untuk hidup dan mempraktekkan ajaran Islam; rajin beramal, cinta damai, toleransi, dan suka menyambung Ukhuwah Islamiah, sebaliknya lingkungan vang tidak menghargai ajaran Islam maka dapat menjadikan anak apatis atau masa bodoh kepada agama Islam. Apalagi masyarakat yang membenci kepada Islam, maka akhirnya anaknya pun akan membenci kepada Islam.


BAB III
KESIMPULAN
A.    Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan pendidikan sangat berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan Islam. Sebab, lingkungan yang juga dikenal dengan institusi itu merupakan tempat terjadinya proses pendidikan, yang secara umum lingkungan tersebut dapat dilihat dari tiga hal, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga sangat diperlukan pembentukannya sehingga ia mampu mendidik anak-anaknya sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Kemudian, orang tua harus menyadari pentingnya sekolah dalam mendidik anaknya secara profesional sehingga orang tua harus memilih pula sekolah yang baik dan turut berpartisipasi dalam peningkatan sekolah tersebut. Sementara itu, sekolah atau madrasah juga berperan penting dalam proses pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, yang pada hakikatnya sebagai institusi yang menyandang amanah dari orang tua dan masyarakat, harus menyelenggarakan pendidikan yang profesional sesuai dengan prinsip-prinsip dan karakteristik pendidikan Islam. Sekolah harus mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan dan keahlian bagi peserta didiknya sesuai dengan kemampuan peserta didik itu sendiri. Begitu pula, masyarakat dituntut perannya dalam menciptakan tatanan masyarakat yang nyaman dan peduli terhadap pendidikan. Masyarakat diharapkan terlibat aktif dalam peningkatan kualitas pendidikan yang ada di sekitarnya. Kemudian, ketiga lingkungan pendidikan tersebut harus saling bekerja sama secara harmonis sehingga terbentuklah pendidikan terpadu yang diikat dengan ajaran Islam. Dengan keterpaduan seperti itu, diharapkan amar ma'ruf nahi mungkar dalam komunitas masyarakat tersebut dapat ditegakkan sehingga terwujudlah masyarakat yang diberkahi dan tatanan masyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun gafuur.

B.     Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentu terdapat berbagai kekeliruan dan kekurangan sebagaimana fitrah kami sebagai manusia, sebagai tempat salah dan lupa.
Oleh karena itu, dengan setulus hati kami mengharapkan apresiasi pembaca sekalian untuk menyampaikan saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Hj. Nur Uhbiati. 1995. Ilmu Pendidikan Islam I (IPI). Jakarta: Pustaka Setia.
Saleh, Abdurrahman. 1980. Didaktik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Syar’I, Ahmad. 2004. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu
http://annisahidayat.wordpress.com/2010/05/05/peran-lingkungan-dalam-
penyelenggaraan-pendidikan-islam-2/. Diakses pada hari Jum’at, Tanggal 25 Mei 2012 pukul 15.00 WIB

« Previous
 
Next »
 

0 komentar:

Your comment / Lingkungan Pendidikan Islam

Komentar Anda Sangat Bermanfaat Bagi Khazanah Ilmu Pengetahuan