Kelapa Sawit, Tanaman Menjanjikan atau Merugikan ?

0 komentar Rabu, 08 Januari 2014 di 21.40 - Edit entry?


Kelapa Sawit, Tanaman Menjanjikan atau Merugikan ?

Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Meliau, Kab. Sanggau
Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi yang mempunyai dataran paling luas di Indonesia. Sehingga tidak mengherankan jika Kalimantan Barat sejak dahulu menjadi tujuan investor untuk menanamkan modalnya di Kalimantan Barat. Mulai dari sektor perdagangan, industri, pariwisata, pertanian, maupun perkebunan. Semua aspek dan berbagai sektor kehidupan yang ada di Kalimantan tidak bisa terlepas dari incaran mata para pemilik uang. Mereka ingin mendirikan dan mengembangkan usahanya di Kalimantan Barat. Tidak terkecuali juga di bidang perkebunan. Para investor berlomba-lomba untuk mendapatkan keuntungan melalui kekayaan alam Kalimantan Barat. Tanah yang subur, lahan tidur yang luas, dan masarakatnya yang ramah-ramah Menai daya tarik tersendiri bagi para investor. 
Perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat kini telah merajai seluruh sektor bisnis di bumi khatulistiwa ini karena memang tanaman kelapa sawit sangat cocok tumbuh dan dibudidayakan di Kalimantan Barat serta tidak memandang kesuburan tanah. Keberadaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat memang memberikan dampak positif seperti penghasilan masyarakat meningkat dan memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah berupa pajak perusahaan. Perkebunan kelapa sawit merupakan usaha perkebunan yang cukup menjanjikan bagi masyarakat sehingga tidak heran jika perluasan perkebunan kelapa sawit tersebar di seluruh wilayah Kalimantan Barat.

Krisis Kepercayaan Masyarakat Terhadap Para Pemburu Kekuasaan

0 komentar Minggu, 05 Januari 2014 di 08.17 - Edit entry?


Krisis Kepercayaan Masyarakat Terhadap Para Pemburu Kekuasaan

Pemilu 2014 akan segera bergulir di negara tercinta Indonesia ini. Banyak pengamat politik yang menyebut tahun 2014 sebagai tahun politik karena di tahun itulah aktor-aktor politik mulai bermain peran dalam film politik. Banyak kandidat politik dan calon pemimpin rakyat mulai menabur janji manis melaui media media masa untuk memikat hati rakyat agar dipilih dalam pesta rakyat tersebut. Para punggawa dan pemain politik sibuk dalam berpikir bagaimana dan harus bagaimana agar rakyat percaya dan akhirnya memilih mereka menjadi seorang pemenang dalam pemilihan tersebut. Ribuan cara dilakukannya mulai dari tampil apa adanya sampai pada sistem blusukan yang dipopulerkan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo. Selain itu, cara halal maupun yang tak terpuji sekalipun mereka lakukan yang jauh dari ajaran agama, mereka tak segan melakukan hal yang ganjil hanya demi untuk sebuah jabatan yang mungkin mereka dapatkan, Mulai dari pergi ke dukun dan orang pintar lainnya agar mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Persaingan dalam merebut kursi kepemimpinan tersebut tentu akan berjalan dengan ketat dan penuh dengan jalan berliku.
Menarik simpati rakyat dengan berbekal iming-imingan dan janji kepada rakyat sudah Menjadi jurus klasik, tetapi masih dipertahankan oleh para pemburu kekuasaan. Janji yang mereka tebarkan adalah sebagian besar merupakan sebuah kebohongan belaka. Mereka bukan menjadikan Indonesia semakin maju, tetapi yang mereka lakukan merupakan cara untuk membodohkan rakyat Indonesia. Banyak rakyat yang merasa adanya ketidakadilan dalam dunia perpolitikan di Indonesia karena politik hanya menguntungkan satu pihak saja yaitu mereka yang duduk di singgasana yang indah. Sedangkan rakyat yang memilih mereka dilupakan hingga tertindas tak berdaya karena oknum aktor politik yang bermain tidak kooperatif.
Hal itu terjadi di sebuah desa transmigrasi di ujung Kaupaten Sanggau, tepatnya di Desa Bhakti Jaya Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau. Masyarakat Bakhti Jaya sudah puas dengan janji-janji politik para aktor yang memainkan peran. Janji politik sudah dianggap bukan jurus jitu yang dapat mempengaruhi rakyat untuk memilihnya. Masyarakat Desa Bhakti Jaya sudah kebal dengan janji-janji manis yang keluar dari mulut oknum aktor yang munafik karena janji yang pernah mereka ucapkan hanyalah angin lalu yang sesaat menghilangkan gerah, mereka menghilangkan janji mulia itu dengan jabatan yang mereka pegang.