Hati Yang Cerdas

Your comment You are on Artikel dan Opini Edit posts?
Hati Yang Cerdas
Oleh : M. Zuhri Ni’am
Mahasiswa STAIN Pontianak

“Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada didalam dada mereka,” (QS Al-Hajj [22]: 46)
Dalam kehidupan manusia selalu ada pasang surut, naik, dan turun. Hingga tiba suatu hari semuanya berakhir, saat kembang kehidupan menjadi layu, kemudian lenyap begitu saja. Inilah sunnatullah dalam kehidupan manusia.
Bangunan-bangunan tua dan peninggalan-peninggalan umat terdahulu menjadi nyata bagi umat manusia yang datang setelahnya. Kita hendaknya dapat mengamati dan mencermatinya sehingga dapat menarik pelajaran dari perjalanan kehidupan mereka. Meneladani sikap yang dapat menerangi langkah mereka, agar kita tidak memasuki jalan buntu dan tidak terjerembab dalam lobang yang sama, dan agar kita terbebas dari kehancuran.
Ayat diatas memerintahkan kita untuk selalu progresif dan awas. Lebih dari itu, kita harus menghapus jauh-jauh anggapan yang membuat kita takjub dengan orang-orang yang merasa nyaman dengan hanya duduk dirumah dan beku dalam kejumudan. Anda jangan mudah puas hanya dengan melihat apa yang dapat anda pandang dengan mata, atau yang Anda dengar dengan telinga tanpa terlebih dahulu memerhatikannya dengan seksama. Akan tetapi, hendaknya anda melakukan petualangan dengan berfikir secara mendalam mengenai semua peningggalan kaum terdahulu, baik yang terpendam di dalam bumi maupun yang ada di atasnya, bahkan mengenai peradaban yang telah dimusnahkan Allah setelah mereka mengingkari risalah-Nya sehingga yang tersisa hanyalah puing-puingnya saja. Sejatinya ibrah hanya dapat direguk oleh orang0orang yang mau berfikir, sedangkan pelajaran hanya dapat diteguk oleh orang-orang yang mampu bertahan. Umumnya orang awam memahami bahwa “melihat” atau  “mencermati” hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai indra penglihatan (mata) yang normal, dan orang buta adalah orang yang tidak mendapatkan kenikmatan melihat hingga ia tak mampu membedakan warna. Padahal sejatinya, menurut logika Alquran makna dari “melihat” atau “mencermati” tidaklah sedangkal itu.

Dalam ayat diatas digambarkan bahwa banyak orang yang memiliki mata normal dan sehat. Akan tetapi hati mereka tidak beriman dan tidak memiliki mata hati yang peka dengan akibat yang pernah terjadi. Ada pula yang memiliki akal yang cerdas, akan tetapi mereka tidak cermat dalam memperhitungkan segala hal. Mereka sama sekali tidak memahami cara kerja alat hitung yang mereka sebut dengan kalkulator. Sedangkan orang yang mata hatinya terbuka, dan memiliki kejelian yang mampu menembus kedalaman makna, ia layak disebut sebagai orang yang melihat sekalipun yang sebenarnya matanya buta, dan ia mendengar sekalipun telinganya tuli.
Ayat diatas dengan lugas dan jelas menyeru Anda untuk merenungkan sunatullah dalam kehidupan dan makhluk hidup. Banyak orang pintar yang otaknya dipenuhi pengetahuan yang banyak, tetapi mereka tidak memiliki hati yang peka dan cerdas.
Sebaliknya orang yang memiliki hati yang peka dan cerdas , kadang mereka menjadi gelisah, atau justru membuat mereka terpesona dengan kesenangan murahan dan harta benda yang tak berharga.
Kita sebagai muslim yang hatinya dipenuhi dengan keimanan seharusnya mampu menghadapi kehidupan ini dengan hati yang jernih dan mampu menalar kebaikan, lalu menjamahnya. Disisi lain kita juga harus mawas diridengan hal-hal yang buruk , lalu menghindarinya. Karena, jika anad kehilangan kendali atas hati Anda tanpa kekang dan akal, maka Anda akan kehilangan kekuatan dan usaha Anda akan gagal total. 

Referensi :
Muhammad Amarah, Mahmud. 2008. Menari di taman Alquran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
« Previous
 
Next »
 

0 komentar:

Your comment / Hati Yang Cerdas

Komentar Anda Sangat Bermanfaat Bagi Khazanah Ilmu Pengetahuan