Degradasi Moral, Pendidikan Karakter Solusinya

0 komentar Senin, 25 Maret 2013 di 22.41 - Edit entry?

Degradasi Moral, Pendidikan Karakter Solusinya
Oleh M. Zuhri Ni'am
Perubahan sosial yang begitu cepat yang diakbiatkan oleh kemajuan teknologi dalam era globalisasi sangat memengaruhi kehidupan masyarakat. hal itu dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya saja nilai-nilai religious dan sosial yang sangat dijunjung dalam masyarakat lambat laun telah pudar bersamaan dengan perkembangan teknologi pada saat ini. Etika dan moral kini sudah sangat dikesampingkan dan tidak lagi menjadi modal utama untuk mencapai tujuan. Masyarakat Indonesia yang dulu dikenal sangat kental dengan gotong royongnya namun kini telah berubah menjadi sebuah masyarakat yang sangat individualis. Jika nilai-nilai agama, akhlak, etika, dan moral sudah tidak menjadi sebuah patokan atau pegangan, maka masyarakat akan sulit untuk melakukan filterisasi terhadap sesuatu yang baru sehingga masyarakat tidak dapat menentukan mana yang baik dan buruk.
Masyarakat tidak akan mungkin dapat menghindar dengan yang namanya teknologi. Teknologi seakan-akan telah menjadi teman baik kita dalam kehidupan sehari-hari. Dimana pun kita berada, disitu pula terdapat teknologi. Cukup miris sekali ketika kita melihat dan memperoleh informasi dari media massa tentang fenomena yang dialami oleh remaja kita saat ini. Perubahan sosial tersebut telah melahirkan generasi yang sangat akrab dengan penyimpangan-penyimpangan perilaku. Tawuran pelajar, penyalahgunaan narkoba, penyimpangan seksual, dan pelanggaran-pelanggaran lainnya telah menjadi hal yang biasa pada kalangan remaja saat ini. Hampir setiap hari media massa selalu menayangkan perilaku-perilaku negative yang menimpa remaja kita. Remaja seakan-akan menjadi peluang emas untuk menaburkan benih-benih perubahan sosial yang mengarah ke hal-hal yang negative.
Namun tidak semua remaja mengalami perubahan sosial tersebut. Ternyata masih banyak juga kita jumpai remaja yang mengalami perubahan sosial kearah yang positif. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya prestasi membanggakan di kancah nasional dan internasional yang diraih oleh remaja Indonesia. Ketika nilai-nilai moral telah lebur di masyarakat, namun masih ada pribadi yang selalu mengedepankan nilai-nilai religious, akhlak, etika dan moral sehingga perubahan sosial yang terjadi pada dirinya di respon secara positif dan melahirkan pribadi berkarakter. Remaja ini selalu memfilterisasi nilai-nilai yang masuk pada dirinya sehingga pribadi tersebut tidak mudah tergoda oleh kesenangan sesaat, berfikir positif dan selalu mensyukuri setiap apa yang diperolehnya. Namun sayangnya tidak semua remaja memiliki sifat tersebut. Sifat-sifat tersebut tidak akan terbentuk dengan sendirinya, namun harus ada factor-faktor eksternal untuk menanamkan nilai-nilai tersebut.
Pembentukan remaja yang berkualitas tentunya dapat di bangun dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan mengubah cara pandang seseorang sehingga masyarakat akan sulit untuk menerima hal-hal lain yang menyimpang. Penanaman pendidikan karakter sejak dini akan melindungi seseorang dari perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma agama dan sosial. Sebaliknya, jika penanaman pendidikan karakter tidak dimulai sejak dini, maka akan sulit untuk mengubah perilaku dan melindungi pribadi tersebut dari hal-hal yang menyimpang. Pribadi tersebut akan mudah terpengaruh dan tidak dapat melakukan filterisasi terhadap hal-hal yang akan masuk ke dalam dirinya. Alhasil, banyak benih-benih koruptor yang tumbuh subur di negeri ini. Watak-watak seperti itu hanya mementingkan kepentingan pribadi serta terkesan mengesampingkan kepentingan bersama.
Untuk menerapkan pendidikan karakter tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, namun semua pihak harus berkontribusi terhadap penanaman pendidikan karakter. Ketika lingkungan sekolah selalu menanamkan pendidikan karakter, maka dalam lingkungan masyarakat juga harus mendukung penanaman tersebut yaitu dengan berusaha selalu menampakan hal-hal positif pada seorang anak. Para pemegang kebijakan juga harus berperan penting dalam hal ini. Misalnya dengan memperketat izin tayangan televisi, pengawasan terhadap media massa, serta memfasilitasi semua hal yang menyangkut penanaman pendidikan karakter. Oleh karena itu, untuk membentuk pribadi yang unggul dan berkarakter harus ada koordinasi yang erat antara keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.
Perlu diingat bahwa untuk mengubah atau membentuk pribadi yang unggul dan berkarakter tidak dapat dicapai secara instan, tetapi memerlukan proses yang panjang. Penanaman nilai-nilai tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan. Jika penanaman pendidikan karakter tersebut telah berhasil, maka kelak merekalah yang akan menjadi Pemimpin dan membangun negeri ini menjadi negeri yang ditumbuhi oleh benih-benih generasi penerus yang berkualitas dan berkarakter.